Ahad 06 Jan 2019 16:44 WIB

Jejak Islam di Negeri Kiwi

Masih pertama Selandia Baru dibangun tahun 1983.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Pemuda Muslim Selandia Baru
Foto: newswire
Pemuda Muslim Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyebaran ajaran Islam oleh para pedagang dan kaum sufi memasuki berbagai wilayah.Di antaranya nusan tara, Cina, Barat, Australia, dan juga tetangganya: Se landia Baru.Pe neliti sejarah Islam Erich Kolig dan Malcolm Voyce dalam tulisannya di buku Muslim Integration : Pluralism and Multiculturalism in New Zealand and Aus traliamenjelaskan, asosiasi Muslim pertama di Selandia Baru berdiri pada 1950. Lo kasinya di Auckland.

Para pendirinya adalah Muslim dari tanah Gujarat. Mereka berimigrasi dari tempat asalnya ke negeri yang terkenal de ngan apel dan kiwi. Perhimpunan tersebut mereka sebut Asosiasi Muslim Selandia Baru.

Tak hanya orang Gujarat, komunitas ini juga beranggotakan imigran dari Turki, Balkan, dan Fiji. Pada 1976 mereka bergabung dengan kelompok lain: Anjuman Himayat al-Islam. Lalu membangun Asosiasi Muslim Selandia Baru (New Zealand Muslim Association/NZMA) yang baru.

Pada 1983 NZMA membangun sebuah masjid pertama di Selandia Baru. Bangunan tempat sujud itu berkapasitas 400 jamaah.Dengan bertambahnya populasi Muslim, NZMA menambah tiga cabang. Mereka juga membangun Masjid Auckland Barat di Henderson yang selesai dibangun pada 1995 dan dapat menampung 400 jamaah.

Pusat Islam dan Masjid Teluk Blockhouse mulai dibangun sekitar 2000 dan sekarang disebut sebagai Pusat Islam Avondale. Pusat Islam Birkenhead di pantai utara dibangun pada 2006 dan dibuka untuk shalat Jumat pada 2010.

Asosiasi Muslim Auckland Selatan (SAMA) berdiri dan menjadi cabang NZMA pada awal 1980-an. Organisasi ini menjadi terpisah dan berdiri sendiri pada 1989.Masjidnya secara resmi dibuka pada 2004 dan menjadi terbesar di Selandia Baru.

Masih ada lagi sejumlah asosiasi dan pusat keislaman yang tersebar di berbagai wilayah Selandia Baru. Semuanya didirikan dengan modal kesungguhan dan pengorban an Muslim setempat yang berkomitmen untuk mempunyai tempat sujud.

Berbagai perhimpunan dan pusat keislaman tersebut menjadi wadah yang memfasilitasi kegiatan Muslim setempat. Merekalah yang mengarahkan dan memberikan dukungan, seperti keuangan, materi, dan lainnya untuk kelangsungan berbagai kegiatan Muslim di sana.

Di antara kegiatan yang bisa mereka selenggarakan adalah shalat dua Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Lainnya adalah Maulid Nabi Muhammad SAW dan berbagai hari besar Islam lainnya. Pada momen ter sebut, umat Islam berkumpul dalam jumlah besar. Mereka begitu antusias untuk menyaksikan berbagai kegiatan keislaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement