REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sigit Indrijono
Allah SWT telah memberi karunia perasaan hati atau emosi kepada kita. Emosi akan bereaksi oleh suatu kondisi atau hal yang dilihat dan dirasakan. Dalam hal ini, ada beberapa macam ekspresi, yaitu kegembiraan, kekecewaan, kesedihan, belas kasihan, kemarahan, dan rasa haru.
Pada umumnya emosi diwujudkan dalam bentuk senyum, tawa, atau tangis. Namun, semuanya harus dikendalikan agar tidak menimbulkan luapan emosi. Kita harus bersikap wajar dalam menanggapi sesuatu, tidak emosional dan menghadapinya dengan tenang dan lapang dada.
Pada saat suatu keinginan dapat tercapai, sering kali kita terlena, gembira dengan berlebih. Menganggap bahwa keberhasilan adalah karena usaha dan kemampuan kita. Tidak disadari bahwa apa yang telah dicapai merupakan karunia Allah SWT dan harus disyukuri.
Tidak hanya dengan mengucapkan: Alhamdulillah. Karunia yang diberikan atas keinginan yang tercapai harus dimanfaatkan di jalan-Nya. Allah menjanjikan akan menambah nikmat jika kita bersyukur. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS Ibrahim [14]: 7).
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan (QS at-Taubah[9]: 82). Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis (QS an-Najm [53]: 43).
Dua ayat di atas hendaknya menyadarkan kita, apakah sudah pernah menangis karena Allah? Kita menangis karena takut akan ancaman siksa-Nya, takut akan kemurkaaan-Nya. Namun, kita mungkin jarang dan sulit menangisi untuk menyesali dosa dan kesalahan. Bahkan, juga sulit menangis karena tidak menyadari betapa lemah dan tidak berdayanya kita di hadapan kebesaran dan keagungan-Nya. Hanya dengan iman yang kokoh kita bisa menangis karena Allah.
Jujur untuk diakui, kita lebih banyak menangis kecewa dan sedih karena keinginan dan harapan yang tidak tercapai atau karena putus asa menghadapi kesulitan. Juga lebih banyak menangis karena ditinggal pergi orang yang dicintai atau kehilangan harta benda.
Rasulullah SAW bersabda, Dua mata yang tidak akan terkena api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah. (HR Tirmidzi). Inilah tangisan hakiki, menangis karena Allah, yang atas izin-Nya akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Wallahu a'lam.