Senin 31 Dec 2018 20:41 WIB

Tahapan Mendidik Anak Ala Islam yang Perlu Diketahui

Pendidikan anak tak boleh dilandasi dengan sikap emosional.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Pemateri seminar parenting, Ummu Balqis (kanan) dan redaktur Internasional republika, Yeyen Ros memberikan paparan tentang parenting dalam acara Festival Republik 2018  di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Ahad (30/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pemateri seminar parenting, Ummu Balqis (kanan) dan redaktur Internasional republika, Yeyen Ros memberikan paparan tentang parenting dalam acara Festival Republik 2018 di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Ahad (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Islam memiliki tahapan-tahapan dalam menjadikan seorang anak cerdas secara intelektual dan spritual. Setiap orang tua Muslim harus melaksanakan tahap-tahapan itu agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang unggul

"Yang pertama adalah sejak umur nol sampai enam tahun di situ pase mengisi lumbung cinta," kata Ummu Balqis saat menyampaikan materi parenting dengan tema “Refleksi Pengasuhan” dalam acara Festival Republika 2018 Menebar Kabaikan Menguatakan Kepedulian di Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, kemarin.

Pada tahap pertama itu, anak-anak di bawah umur enam tahun jangan pernah  sekalipun orang tua melakukan tindakan kekerasan kepada anak-anaknya. Karena dengan melakukan tindakan kekerasan bisa fatal akibatnya.

"Dibentak-bentak, dipolototin, dicubit  dipukul jangan, sayangi, cintai. Rasulullah mencontohkan kita bagaimana Hasan dan Husain bermain dipunggung ketika Rasulullah sedang shalat," katanya. 

 

Untuk itu, kata Ummu Balqis, sebagai orang tua ketika mendapati anaknya masih usia di bawah umur enam tahun harus pintar-pintar mengelola emosi agar tidak cepat marah-marah terhadap anak-anak. 

Dia menunjukkan alasan mengapa anak tak boleh diperlakukan keras. Hasil penelitian  menunjukan perkembangan emosional anak buruk akan buruk. Masih menurut penelitan, anak merasa bersalah ketika masuk usia lima tahun dan baru sempurna perasaan bersalah itu ketika anak usia enam tahun. 

Menurut Ummu Balqis orang tua baru bisa mengajari anak-anaknya tentang kedisiplinan ketika anak sudah memasuki usia tujuh tahun.  

"Kalau ketika kecilnya cukup sentuhan, pelukan mengajarkan kedisiplinannya jauh lebih gampang," katanya.

Lalu bagaimana ketika ada orang tua yang mendapati anaknya yang masih usia di bawah enam tahun sudah tidak bisa diatur?

Umu Balqis kembali menyampaikan ada caranya untuk mengatasi tanpa harus memarahi, membentak, mencubit dan memukul.

"Caranya adalah dengan memberi contoh berikan keteladanan. Anak-anak nol sampai empat tahun itu pencontoh ulung dalam hal menangkap pelajaran anak-anak lebih banyak melihat daripada mendengar. 

Umu Balqis melanjutkan, tahapan pendidikan anak usia nol sampai enam tahun orang tua harus memberikan hypnoparenting atau menyampaikan hal-hal yang baik sebelum anak-anak tidur.

"Ceritakan hypnoparenting, hypnoparenting itu menceritakan bagaimana anak yang baik, anak yang sopan itu seperti apa," katanya. 

Selain itu anak enol sampai enam tahun juga boleh dibarikan hadiah ketika anak-anak kita telah melakukan apa yang telah kita inginkan. Namun jika anak sudah memasuki usia tujuh sampai 14 tahun, anak harus sudah mulai diajarkan tentang kedisiplinan.

"Ketika usia tujuh sampai 14  tahun pase kedisiplinan dimulai. Kita harus tegas kepada anak kita. Ketika tidak mau shalat boleh kita marahin," katanya.

Namun orang tua tetap memberikan contoh terhadap apa yang diminta kepada anaknya. 

Misalnya ketika orang tua menyuruh anaknya shalat, mengaji maka orang tuanya harus lebih dulu melakukan shalat dan mengaji. "Jadi bareng-bareng ngelakuinya. Kita sebagai orang tua harus memberikan keteladanan," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement