Senin 31 Dec 2018 17:54 WIB

Deretan Ibu Hebat Pencetak Panglima dan Ulama Awal Islam

Peran ibu sangat krusial dalam pendidikan anak.

Pemateri seminar parenting, Ummu Balqis (kanan) dan redaktur Internasional republika, Yeyen Ros memberikan paparan tentang parenting dalam acara Festival Republik 2018  di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Ahad (30/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pemateri seminar parenting, Ummu Balqis (kanan) dan redaktur Internasional republika, Yeyen Ros memberikan paparan tentang parenting dalam acara Festival Republik 2018 di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Ahad (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Seminar parenting bagian rangkaian kegiatan Festival Republika 2018 menghadirkan pendakwah sekaligus pakar parenting Umu Balqis. 

Dalam materinya yang mengangkat tema "Reflkesi Pengasuhan", dia menjabarkan refleksi dari surah an-Nisa' ayat ke-9. "Jadi di Alquran surah an-Nisa’ ayat sembilan ini secara gamblang menyampaikan ketakutan kita terhadap  ilmu, ekonomi, dan keterampilan anak-anak kita setelah kita tidak ada," katanya kepada peserta seminar yang didominasi ibu muda dan calon ibu, di Aula Majid At-Tin ,Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Ahad (30/31).   

Umu Balqis menyampaikan contoh mengenai beberapa pemuda di jaman Rasullah SAW yang dinilai memiliki karakter yang bagus untuk disampaikan kepada anak-anak. Meski tidak menyuruh sama dengannya tapi pemuda-pemuda itu baik dicontoh oleh anak-anak kita.

Dia menyebutkan, yang pertama, Usamah bin Zaid anak muda yang masih berumur 18 tahun sudah memimpin pasukan atau panglima perang. 

“Yang dipimpin itu bukan orang sembarangan. Ada Abu Bakar, Umar bin Khatab. Keduanya dipimpin sosok anak muda berusia 18 tahun melawan pasukan terkuat saat itu yaitu pasukan Romawi," katanya. 

Namun di balik sosok pemuda 18 tahun itu, kata Umu Balqis, ada seorang ibu yang patut dibanggakan karena telah mencetak seorang Usamah bin Zaid yang mandiri secara spiritual, ekonomi, dan keterampilan berkat kecerdasan serta ketegasannya.Dia adalah Umu Aiman, ibunda Usamah bin Zaid. 

"Kebayang tidak siapa ibunda di balik beliau ternyata mantan hamba sahayanya ibunda Rasulullah, yaitu Umu Aiman yang cerdas, tegas, dan istimewa," katanya.  

Dia menjelaskan, selain Usamah bin Zaid yang patut dicontoh, karakter Zaid bin Tsabit yang usianya baru 13 tahun sudah menjadi penerjemahnya Rasulullah.  

"Ternyata ibundanya Zaid bin Tasbit, Anawar namanya adalah sosok yang sangat cerdas, jenius, dan dia paham potensi anaknya," katanya ketika itu Zaid daftar untuk menjadi pasukan perang, namun ditolak Rasulullah SAW karena Zaid dinilai masih kecil. 

Karena ditolak Rasulullah Zaid menangis kepada ibundanya.Tapi ibunya menenangkan. 

"Tenang Nak saat ini engkau tidak mampu membela Rasulullah dengan pedangmu tapi engkau bisa membantu dengan penamu," katanya. 

Setelah itu Anawar mengantarkan kembali Zaid kepada Rasulullah dan menyampaikan bahwa Zaid memang anak kecil jika diajak berperang tetapi Zaid memiliki kecerdasan tinggi sehingga mampu menghafal ayat-ayat Alquran dan mampu menguasa bahasa Ibrani dalam waktu 17 hari. 

"Siapa ibundanya Zaid. Ibundanya adalah sosok yang cerdas, anti ghibah. Ketika itu ibundanya Zaid sedang berada dalam majelis ada yang bergibah maka ibunda Zaid langsung meninggalkan majelis itu," katanya sembari menambahkan masih banyak ibunda-ibunda lainnya yang suskses mencetak anak-anak hebat.

Di antaranya, kata dia, seperti ibundanya Imam Syafii dan Imam Ahmad. Meski kedua orang tua mereka single parent tapi mereka sukses mendidik anak-anaknya. 

“Sekarang kalau kita berefleksi akhir tahun tentang pengasuhan anak kita sebenarnya 90 persen refleksi diri kita sendiri. Setuju?" katanya mencairkan suasana. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement