REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dewan Kemakmuran Masjid Ummul Quro Bogor, mengadakan Malam Bina Iman dan Takwa (Mabit) jelang waktu pergantian Tahun Baru Masehi 2018, Ahad (30/12). Agenda tersebut tergagas karena adanya surat edaran dari Bupati Bogor yang melarang perayaan tahun baru dengan hura-hura.
Ketua DKM Ummul Quro Bogor, Julkarnain, mengatakan, imbauan perayaan tahun baru tidak dengan hura-hura juga disampaikan Majelis Ulama Indonesia. Menurutnya, MUI mengimbau agar pada malam pergantian tahun, diisi dengan muhasabah, evaluasi diri atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. “Atas dasar itulah DKM Ummul Quro mengadakan mabit ini,” ucapnya saat ditemui Republika.co.id di Masjid Ummul Quro.
Pria yang akrab dipanggil Jul ini menyampaikan, sasaran kegiatan mabit tersebut yakni anak muda. “Anak muda, remaja yang belum miliki agenda di malam tahun baru nanti, bisa bergabung bersama di masjid Ummul Quro,” ucap guru di SMP IT Ummul Quro Bogor ini.
Acara mabit jelang pergantian tahun baru masehi ini merupakan yang pertama di Masjid Ummul Quro. Jul menjelaskan, alasan pihak DKM menyelenggarakan acara berbentuk mabit karena pertimbangan jika dipulangkan saat tengah malam, malah akan terjebak macet serta pertimbangan keamanannya. “Selain itu alasan lain diputuskan untuk mabit karena setelah qiyamul lail, akan ada zikir bersama,” ucapnya.
Jul yang juga Alumnus S1 di Universitas Ibn Khaldun Bogor ini menjelaskan, acara mabit nanti akan dimulai pada jam 20.00 WIB dan berakhir jam 06.00 WIB. Adapun susunan acaranya adalah pada pukul 20.00 WIB, akan ada materi pertama tentang Motivasi Islam dan Science Serta Huru-Hara Akhir Zaman. Setelah materi pertama, pihak DKM akan menyediakan sesi istirahat dengan membakar jagung disertai penyediaan snack, kopi dan teh.
Selanjutnya Jul menjelaskan, pada pukul 22.00 WIB, masuk ke sesi kedua mengenai pembahasan tanda-tanda hari kiamat. Setelah itu akan ada sesi tanya jawab. Kemudian dilanjutkan shalat qiyamul lail yang dimulai pada pukul 23.45 WIB hingga jam 24.00 WIB.
Jul menyampaikan sebagai umat Muslim maka perlu melihat esensi pergantian tahun baru Masehi dari sudut pandang Islam. “Pergantian tahun Masehi itu kita maknai sebagai sunnatullah kekuasaan dari Allah. Karena Allah telah bersumpah dalam Alquran sebanyak 11 kali, demi waku,” ucapnya.
Hal itu menandakan adanya pergantian tahun itu sebagai titik awal untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. seperti dengan mensyukuri usia yang telah diberikan oleh Allah. “kita juga perlu memohon amal ibadah yang sudah dilewati pada tahun ini bisa diterima Allah. serta kita dapat berharap pada tahun masehi berikutnya Allah dapat mencapaikan apa yang menjadi harapan kita,” ujar Jul.
Pada tempat yang sama, penggagas ide acara Mabit tersebut, Acep Herianto, mengatakan, dia akan menjelaskan kepada jamaah mabit mengenai manusia, bumi dan jagad raya. “Sebelumnya akan saya terangkan lebih dulu tentang sejarah kapan di mulainya natal, kenapa orang merayakan natal,” Ucap Bapak yang akrab dipanggil Acep.
Acep juga mengatakan, dia akan menjelaskan latar belakang saat awal orang-orang merayakan tahun baru. “itu nanti akan saya jelaskan,” kata dia yang juga mantan Engineer Maskapai Garuda.
Dia pun menjelaskan alasannya akan membawa materi tentang manusia, bumi dan jagad raya di momen pergantian tahun baru. Menurutnya, karena ini disesuaikan dengan sasaran peserta mabit, yakni anak muda. “Anak muda pasti lebih suka hal materi teknik, apalagi pembahasan tentang jagad raya ini. Insha Allah,” tuturnya yang juga Alumnus Politeknik ITB.'
Acep yang pernah kuliah di Technische Universitat Darmstadt, menyampaikan, harapan dengan pemaparan materi nantinya mereka yang ikut mabit dapat bertambah imannya. “saya berharap semua anak muda yang bisa mengikuti mabit ini dapat bertambah keimanannya,” ucapnya.
Dia juga berharap agar masjid lainnya banyak mengadakan kegiatan pemakmuran masjid, agar ke depannya Negara Indonesia terhindar dari bencana yang Allah timpakan bagi mereka yang tidak mau memakmurkan masjid.