REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta mengalokasikan anggaran Rp 10 miliar untuk penataan fasilitas Tajug Gede Cilodong. Pasalnya, sampai saat ini, masjid terbesar di wilayah yang terkenal dengan Satai Marangginya ini, masih perlu penambahan fasilitas. Salah satunya, taman air mancur dan sarana olahraga.
Wakil Bupati Purwakarta, Aming, mengatakan, Tajug Gede Cilodong merupakan salah satu fasilitas peribadahan yang dibangun Pemkab Purwakarta. Saat ini, pembangunan masjidnya sudah selesai. Akan tetapi, pembangunan fasilitasnya lainnya perlu ditambah lagi agar semakin lengkap.
"Tahun depan, kita anggarkan Rp 10 miliar. Kita ingin, masjid ini memiliki fasilitas yang komplit," ujar Aming, usai melaksanakan shalat Jumat di Tajug Gede Cilodong, Jumat (21/12).
Aming yang turut hadir membuka shalat Jumat perdana di masjid tersebut, turut memboyong hampir seluruh ASN laki-laki, untuk melaksanakan shalat. Bahkan, sebelum pekaksanaan shalat Jumat, Aming juga terlihat menggelar kegiatan beberesih di sekitar Tajug Gede dengan mengerahkan seluruh pegawai yang ada.
Dalam kesempatan itu, Aming pun sempat melihat-lihat sekeliling masjid yang nampak sedang ada pengerjaan fasilitas penunjang lainnya. Memang, lokasi ini kemdepan digadang-gadang bakal menjadi lokasi multifungsi.
Mengingat, di lokasi ini akan ada fasilitas sarana olah raga, taman air mancur dengan lafadz asmaul husna, agrofarming, dan area peternakan. Untuk agrofarming, kabarnya akan ditanam bunga matahari.
Aming menyebutkan, Tajug Gede Cilodong ini berdiri di lahan seluas 10 hektare. Dari lahan seluas itu, 25 meter x 25 meternya diperuntukan khusus bangunan utama masjid. Masjid dua lantai ini, mampu menampung 4.000 jamaah.
Sembilan bedug ditabuh bersama di Tajug Gede Cilodong, Kabupaten Purwakarta. (Foto: Ita Nina Winarsih/Republika)
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tajug Gede Cilodong, Dedi Mulyadi, mengatakan, Tajug Gede Cilodong lebih menggambarkan nilai-nilai Islam tradisi. Di masjid besar ini, ada sembilan bedug berbagai ukuran. Serta, sembilan muadzin yang siap mengumandangkan azan secara bersama-sama, khusus pada pelaksanaan shalat Jumat.
"Meskipun pembangunannya, memang belum 100 persen beres. Tapi, hari ini kita perdana bisa shalat Jumat di tajug ini," ujar Dedi.
Ke depan, pihaknya akan melengkapi fasilitas di masjid ini. Seperti, penataan area parkir, penataan lantai dua untuk kegiatan keagamaan lainnya, serta penambahan kaligrafi di setiap dinding.
Bahkan, pihaknya ingin ada 15 sastrawan masjid. Sastrawan ini, khusus mempelajari langgam-langgam mengaji ataupun shalawatan di era 40, 50 dan 60. Supaya, langgam mengaji dan shalawatan ini bisa lebih bervariasi lagi. Tidak seperti sekarang, langgam shalawatannya hanya itu-itu saja.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan mengontrak pebukis kaligrafi terbaik se Asia Tenggara. Ternyata penulis kaligrafi terbaik ini, berasal dari Sukabumi. Karenanya, seniman ini akan dikontrak oleh DKM Tajug Gede.
"Untuk tema kaligrafinya, yaitu soal keindahan alam di Jawa Barat. Misalkan, tulisan kaligrafi berbentuk buah manggis, durian, ataupun pemandangan laut dan pegunungan," ujar Dedi.