REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham
Hampir dipastikan ada sesuatu yang diharapkan dan akan selalu diupayakan oleh seorang hamba dalam setiap rangkaian ibadah dan amal salehnya. Ketika ia shalat, ada sesuatu yang ingin dikejar yang sifatnya manusiawi. Begitu juga dengan puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya.
Sesuatu itu tidak lain adalah keberkahan. Berkah berasal dari bahasa Arab, yaitu baraka. Artinya, memiliki banyak kebaikan yang bersifat tetap dan terus-menerus. Berkah diambil dari kata birkah, yang berarti tempat berhimpunnya air. Itu berbeda dengan tempat mengalirnya air karena dua hal: jumlahnya yang banyak dan sifatnya yang tetap. Demikian sebut ar-Raghib al-Ashfahani, pakar semantik Arab.
Lalu, siapa sesungguhnya hamba yang diberkahi dan senantiasa akan mendapatkan kebaikan yang mengalir tanpa henti itu? Pertama, seseorang yang diberi kesempatan bertobat, lalu dikuatkan akidahnya, disenangkan dalam ibadah, dimuliakan akhlaknya, dan disemangatkan amal salehnya.
Kecuali orang-orang yang bertobat, lalu beriman dan selalu beramal dengan amalan saleh. Merekalah yang akan digantikan keburukannya dengan kebaikan.” (QS Al-Furqan [25]: 70).
Bagi hamba Allah yang bertobat, lalu menjaga keimanannya kepada Allah, serta lebih bersemangat ibadah dan amal salehnya, akan tersedia aneka kebaikan. Yakinlah, aneka kebaikan itu bersifat tetap dan terus mengalir seiring kelestarian amaliahnya. Inilah janji Allah yang pasti benar.
Kedua, hamba Allah yang diberkahi adalah seseorang yang diselamatkan dari fitnah. (QS Al-Hujurat [49]: 7-8). Fitnah adalah sesuatu yang sangat kejam, bahkan lebih kejam dari pembunuhan (QS Al-Baqarah [2]: 191). Fitnah pada akhirnya adalah sesuatu yang juga mematikan, yakni mematikan karakter, raga, dan jiwa.
Karena itu pula Rasulullah menuntun umatnya untuk melazimkan doa agar terhindar dari fitnah. Ya Allah, kami berlindung dari siksa kubur dan api neraka. Ya Rabb, lindungi kami dari semua fitnah orang-orang hidup dan fitnah setelah kematian. Lindungi kami pula dari fitnah dahsyat al-Masih ad-Dajjal.”
Seseorang yang dihindarkan dari berbagi fitnah adalah hamba-Nya yang diberkahi. Mereka inilah yang akan menuai kebaikan secara terus-menerus. Tapi, siapakah yang dihindarkan dari fitnah itu? Tidak lain adalah mereka yang setelah bertobat dan menjaga ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya (QS Al-Ahzab [33]: 71).
Ketiga, hamba yang diberkahi adalah mereka yang dalam keadaan senangnya mendekat kepada Allah (al-Muqorrobuun), lalu tiba-tiba Allah wafatkan dalam keadaan terbaik (husnul khatimah).
Di antaranya akan dibuktikan dengan mendapatkan ucapan salam dari para malaikat. Yaitu orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan terbaik dengan (mendapat ujaran) salam, ‘Salam untuk kalian dan masuklah ke dalam surga disebabkan apa yang telah kamu perbuat’”. (QS An-Nahl [16]: 32).