REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah memerintahkan lebah untuk membuat sarang di bukit-bukit, pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibangun manusia. Mereka diperintahkan untuk makan dari tiap-tiap (macam) buah-buahan. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang berma cam-macam warnanya.
Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang berpikir. (QS an-Nahl: 68-69).
Firman Allah ini mengisahkan sebuah petunjuk bagi lebah. Agar ia menjadikan gunung-gunung sebagai rumah yang menjadi tempat tinggal, juga pepohonan, serta tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian lebah-lebah itu membuat rumah-rumahnya dengan penuh ketekunan dalam menyusun dan menatanya. Tak ada satu pun bagian rumahnya menjadi rusak.
Petunjuk ini memang penting bagi lebah madu untuk menentukan tempat tinggal yang ideal yaitu tempat yang ter dapat cukup banyak makanan di sekitar sarangnya. Untuk mendapatkan tem pat yang ideal, ratusan lebah bertindak sebagai pengintai dengan tugas menyelidiki keberadaan tempat tinggal yang cocok di sekitar sarang lama. Jika menemukan tempat yang cocok, mereka memberitahukan hal itu ke koloninya yang berada di sarang lama dengan tarian goyang lebah.
Pertunjukan tarian ini disaksikan oleh ratu lebah, lebah pejantan, dan lebah pekerja lain yang berada di sarang lama. Mereka berlomba-lomba mencari perhatian dengan cara meningkatkan kualitas tariannya.
Hal yang menarik dalam persaingan ini adalah ketika lebah pengintai merasa bahwa ada lebah pengintai lain yang menemukan sarang lebih baik dari yang ia temukan, ia akan ikut mendukung lebah pengintai itu dengan ikut mengunjungi tempat yang dimaksud.