REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tajug Gede Cilodong, Kabupaten Purwakarta, terus bebenah. Pasalnya, pada Jumat (21/12) lusa, masjid terbesar di wilayah yang terkenal dengan 'Satai Marangginya' ini akan digunakan untuk Shalat Jumat. Kegiatan ini, merupakan yang perdana setelah masjid ini dibangun sejak pertengahan 2017 sampai saat ini.
Ketua DKM Tajug Gede Cilodong, Dedi Mulyadi, mengatakan, kalau pembangunan fisiknya sudah 95 persen. Saat ini, sedang tahap finishing. Seperti, pemasangan karpet, mengecat dinding dan lainnya. Pekerjaan ini dikebut. Alasannya, pada Jumat ini, masjid tersebut akan digunakan untuk kegiatan Shalat Jumat perdana.
"Kalau untuk shalat lima waktu sudah bisa. Tapi, shalat berjamaah dalam jumlah banyak, rencananya ini yang perdana," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Selasa (18/12).
Dedi menyebutkan, masjid ini dibangun dengan dana APBD Purwakarta pada 2017. Masjid ini, dibangun dengan ukuran 25 meter x 25 meter. Adapun total luasan lahannya mencapai 10 hektare.
Masjid dengan dua lantai ini, bisa menampung 4.000 jamaah. Dengan begitu, masjid dengan nama Tajug Gede Cilodong ini merupakan yang terbesar bahkan termegah di Kabupaten Purwakarta.
Ketua DKM Tajuig Gede Cilodong Dedi Mulyadi mencoba menabuh bedug di masjid tesebut (Foto: Ita Nina Winarsih/Republika)
Dedi menyebutkan, masjid menggunakan kultur Jawa Barat sebagai penegas identitas. Kenapa masjid ini, dinamakan Tajug Gede? Merujuk pada Bahasa Sunda, tajug itu bermakna masjid.
Sementara gede bermakna besar. Sesuai namanya, masjid ini terletak di sebuah area tanah seluas 10 hektare. Satu hektare digunakan untuk masjid dan sisanya untuk fasilitas penunjang.
Sedangkan Cilodong, merujuk pada nama lokasi masjid tersebut berada. Memang benar, masjid yang nantinya dilengkapi dengan air mancur yang dipadukan dengan taman ini, lokasinya berada di Kampung Cilodong, Desa/Kecamatan Bungursari.
Dulunya, kawasan Cilodong ini merupakan lokasi prostitusi yang ada di wilayah ini. Seiring dengan penataan pembangunan, lokalisasi ini dibongkar. Sebagai gantinya, pemkab membangun fasilitas keagamaan yang teringrasi.
"Sebab, nanti kedepan di area masjid ini, akan ada lapangan bola berstandar internasional, ada area perkebunan, peternakan dan lainnya," ujar Dedi.
Bahkan, lanjutnya, kedepan masjid ini akan disempurnakan menjadi fasilitas publik yang ramah penyandang disabilitas. Tak hanya itu, masjid ini tidak boleh dikunci. Dengan kata lain, terbuka 24 jam untuk masyarakat.
Selain itu, sambung Dedi, pihaknya tidak akan menyediakan kotak amal. Sebab, keberadaan kotak itu disinyalir mengundang kasus kriminalitas.
Adapun untuk biaya operasional, seperti honor marbot dan petugas kebersihan, akan mengandalkan dari donasi dan retribusi parkir.
Dedi menyebutkan, untuk Shalat Jumat perdana nanti, akan ada yang unik. Yaitu, penabuhan bedug dan muadzin.
Bedug yang akan ditabuh jumlahnya ada sembilan. Begitu juga muadzinnnya, akan berjumlah sembilan.
Selain itu, bahasa yang digunakan dalam khotbahnya akan memakai bahasa daerah. Seperti, sunda, cirebonan, jawa, serta lainnya. Alasannya, masjid ini merupakan penegas unsur kultur lokal.
Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Distarkim) Kabupaten Purwakarta, Aep Durohman, membenarkan jika pembangunan tahap awal masjid tersebut biayanya dari APBD. Tetapi, saat ini untuk tahap finishing pembiayaannya diserahkan pada pengelola masjid tersebut.
"Tapi, kita juga masih membantu. Seperti, penyediaan air bersih untuk kebutuhan wudhu dan lainnya," ujar Aep.