Selasa 18 Dec 2018 06:21 WIB

Khwarezm, Melonnya Manis dan Pusat Lahirnya Ulama Muslim

Khwarezm pernah jaya di Asia hingga ditaklukkan Mongol pada 1221 M.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nashih Nashrullah
Khwarezm
Foto: wikipedia
Khwarezm

REPUBLIKA.CO.ID, Di lembah Amu Darya, tepatnya di perbatasan Uzbekistan dan Turkmenistan, terdapat oasis Khwarezm (Khwarezmia atau Choresmia). Ibukota daerah itu, Konye Urgench, terletak di sisi Turkmenistan. 

Jadi bagian dalam rute Jalur Sutera, penulis biografi Ibn Battuta, Ross Dunn, mengaku perjalanan menuju Konye Urgench tak semudah menempuh jalur laut di Laut Arab. 

Generasi awal Bangsa Arab menyebut kota itu Jurjan atau Jurjaniya, orang Cina menyebutnya Yuye-Can, baru kemudian bangsa Turki dan Mongol yang menyebut kota itu dengan Urgench.

Konye Urgench hari ini merujuk para Kota Tua Urgench dan membedakan Urgench moderen yang berada di sisi Uzbekistan.

Kondisi itu membuat Konye Urgench menjadi kota sepi dengan bangunan-bangunan bersejarah tak berpenghuni. 

Padahal, catatan sejarawan Persia Ala al-Din al-Juvayni pada abad 13 menunjukkan, pasca penaklukan oleh Mongol pada 1221, Konye Urgench tetap jadi pusat kekuasaan para sultan dan tempat menetap orang-orang kenamaan. 

Oasis Khwarezm terkenal dengan melon manisnya. Ibnu Battuta menyebut, melon di sana diiris-iris, dikeringkan, lalu diekspor. 

Setelah mencicipi langsung di Khwarezm, Ibnu Battuta mengaku ia berkesempatan mencicipi melon manis yang sama di India. Melon itu bahkan dikirim segar ke Baghdad dalam kotak yang dibungkus salju.

Hal serupa dinyatakan seorang penjelajah Inggris, Anthony Jenkinson. Ia menulis, oasis Khwarezm punya banyak buah, salah satunya Dynie. 

Entah bagaimana pula, Khwarezm menjadi tempat yang menarik bagi sejumlah ilmuwan besar. Ibn Sina, yang lahir di Bukhara, sempat mengajar di sana sebelum beranjak ke barat. 

Seabad sebelumnya, Ibn Fadhlan dari Baghdad melintasi Khwarezm dalam perjalannya menuju Volga. Pun Ibnu Battuta dari Tangier yang sempat melintasi Khwarezm dalam perjalannya menuju India. 

Ahli matematika, Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi yang mengajar di Bayt al-Hikma, Baghdad, merupakan putera asli oasis Khwarezm. 

Mereka yang kini mendalami komputer berutang budi pada Al-Khawarizmi karena dasar-dasar algoritma yang ia temukan dan menjadi dasar proses coding.

Ilmuwan lain sekaliber al-Khawarizmi yang lahir di oasis ini adalah Ahmad al-Biruni. Al-Biruni adalah geografer dan penjelajah mahsyur. 

Seribu tahun setelah kelahirannya, Soviet menamai ibukota Khat di Uzbekistan dengan nama Biruni. Dalam bahasa Persia, biruni berarti bagian luar. Belakangan ini, biruni juga dipakai NASA untuk menamai kawah di bulan. 

Sejarawan C E Bosworth menulis, Khwarezm sering dilanda banjir. Karena itu, warga setempat selalu berdoa agar banjir terjadi batas cukup, tidak besar tidak pula kecil. 

Karena itu pula, lanskap Khwarezm terdiri atas tiga susun. Di bagian lembah terdapat benteng dari bata, di atasnya berdiri permukiman, di atasnya lagi barulah bangunan-bangunan tinggi. Namun, banjir menggerus benteng sampai hilang musnah seluruhnya.

Tahu ketergantungan warga Khwarezm akan sungai, bangsa Mongol memanfaatkan itu untuk melakukan penaklukan. Mereka menjebol bendungan di utara dan membuat Khwarezm dilanda kekeringan.

Siasat serupa ditiru pemimpin Rusia, Tsar Peter, untuk menaklukan Khwarezm ke dalam kekuasaanya pada 1715. Pada abad ke 12 M, geografer Arab, Yaqut al-Hamawi yang hidup di sana pada 1220 menulis, ibu kota Khwarezm tak ada tandingannya soal metropolitan dan kedamaian. Setahun kemudian, serangan Mongol menghancurkan gambaran itu. 

Dalam kitab al-Juvaynis Tarikh-i Jahan-Ghusha (Sejarah Penaklukan Dunia), Konye Urgench digambarkan seperti tenda yang diputuskan tali-talinya setelah bangsa mongol menyerang daerah itu dari dua sisi. 

Salah satu serangan yang bangsa Mongol lakukan adalah menjebol bendungan di utara yang membuat kota kekeringan.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement