Rabu 05 Dec 2018 22:32 WIB

Orang Gila yang Sebenarnya

Saat ini, tampaknya banyak orang yang masuk dalam kategori tersebut.

Ilustrasi orang gila
Foto:

Yang terjadi justru sebaliknya, stres meningkat. Itu sebabnya, kebahagiaan tidak dapat kita raih jika diukur hanya sebatas tubuh jasmani. Apabila orang sudah terjebak pada pola hidup hedonisme yang menghalalkan segala macam cara, maka prinsip hidup yang dianutnya adalah tiga H, yaitu halal, haram, hantam.

Sekali lagi, kalau sudah materialistik, otomatis sekularistik. Maksudnya, segala-galanya harus bisa diperoleh sekarang juga, mumpung di bumi. Sehingga, yang disebut kenikmatan adalah kenikmatan jasmani. Baginya tidak ada kehidupan ruhaniah nanti di sana. Sikap yang sekularistik kemudian melahirkan sifat hedonistik, yaitu sifat yang mementingkan kesenangan dan kepuasan duniawi tanpa mempertimbangkan aspek moralitas, sosial, adat istiadat, maupun agama. Yang penting bisa mendapat kesenangan dan kepuasan. Kata-kata baik atau buruk, benar atau salah, tidak lagi menjadi pedoman.

Misalnya, ketika ada jabatan kosong yang lebih tinggi di kantor atau di sebuah lembaga publik, dia ingin sekali mendapatkannya. Akibatnya, bila jabatan tersebut dimiliki orang lain, itu akan membuatnya stres. Bagaimana dia menghalau stresnya? Dia pun melakukan terobosan-terobosan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan tersebut.

Sikap hidup yang hedonis membuat orang tidak bahagia. Mengapa? Karena pola pikirnya adalah mengejar kenikmatan tubuh sesaat. Inilah orang-orang yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai Al-Majnun Haqq Al-Majnun, orang gila yang sebenar-benarnya, gila terhadap dunia menjadikan orang-orang ini kehilangan keadabannya dan kehilangan nila-nilai kemanusiaan.

Akhir kalam, mari kita hindari diri kita dari memiliki paradigma materialistik ini agar tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang Al-Majnun Haqq Al-Majnun yang sedang merajalela di negeri ini dengan memilih dan memiliki paradigma spiritualistik, yaitu memahami kehidupan manusia tidak hanya sebatas kehadiran tubuh di bumi, namun manusia adalah makhluk spiritual atau manusia ruhaniah.

Oleh Rakhmad Zailani Kiki Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement