Senin 03 Dec 2018 14:07 WIB

Program Sumur Wakaf di Gunungkidul Berlanjut

Pembangunan sumur wakaf menjadi fokus utama mengatasi kekeringan.

Rep: wahyu suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengeboran sumur wakaf yang dilakukan Global Wakaf dan Aksi Cepat  Tanggap (ACT) DIY di Dusun Dringo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari,  Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (30/11) lalu.
Foto: ACT
Pengeboran sumur wakaf yang dilakukan Global Wakaf dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY di Dusun Dringo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (30/11) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Program sumur wakaf di Gunungkidul berlanjut. Sulitnya mendapatkan air bersih di Kabupaten Gununkidul masih terjadi. Walau sebagian besar Kabupaten Gunundkidul saat ini telah memasuki musim hujan, masalah itu belum 100 persen hilang.

Dusun Dringo, Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, menjadi salah satu wilayah yang masih mengalaminya. Walau telah diguyur hukan beberapa pekan terakhir, sumur-sumur sekitara warga masih belum terisi air.

Kondisi itu memaksa masyarakat setempat masih harus berburu air bersih untuk keperluan sehari-hari. Ketua RT 05 Dusun Dringo, Yuniswanto mengatakan, satu-satunya sumur yang masih memiliki sumber mata air di Sendang Kalijambu.

"Yang jaraknya cukup jauh, biasanya masyarakat sini harus jalan ke bawah dulu untuk ambil air atau membeli air bersih dari truk tangki," kata Yuniswanto, Ahad (2/12).

Untuk itu, Global Wakaf dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY terus berusaha memutus permasalahan mendasar di Kabupaten Gunungkidul tersebut. Program pembangunan sumur wakaf menjadi fokus utama mengatasi kekeringan.

Penanggung Jawab Sumur Wakaf, Kharis Pradana mengatakan, sejauh ini sudah terdapat 16 titik sumur wakaf di sekitaran DIY. Dari jumlah itu, ia menekankan, 13 sumur wakaf telah dibangun di Kabupaten Gunungkidul.

"Untuk sumur wakaf yang ke-16 di Dusun Dringo saat ini masih proses pengeboran," ujar Kharis.

Walau rata-rata pengeboran di Kabupaten Gunungkidul cuku lama, pengeboran di Dusun Dringo pertama kali dilakukan sejak Jumat (30/11) lalu. Namun, pada Ahad (2/12) kemarin kedalamannya sudah mencapai 50 meter.

Sulitnya pengeboran dikarenakan tekstur tanah yang didominasi bebatuan, dan membuatnya sulit ditembus mata bor. Tapi, pengeboran harus tetap dilakukan demi bisa memberikan akses air bersih kepada masyarakat.

Kharis menambahkan, walau sudah masuk musim hukan, keberadaan sumur wakaf sebagai sumber air bersih sangat penting. Terlebih, Kabupaten Gunungkiudl merupakan daerah yang setiap tahun mengalami kekeringan.

"Harapannya, ketika memasuki musim kemarau tahun depan, warga sudah tidak mengalami kekurangan air bersih lagi," kata Kharis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement