REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sebuah kelompok parlementer di kalangan Muslim Inggris menerbitkan sebuah laporan yang menguraikan definisi Islamofobia. Laporan tersebut kemudian didukung oleh anggota parlemen, para aktivis komunitas, dan organisasi antaragama.
Laporan yang dibawakan anggota parlemen Dominic Grieve, Anna Soubry dan Wes Streeting, itu diterbitkan pada Selasa (27/11) lalu dalam sebuah acara di House of Lords.
Dalam laporan tersebut dinyatakan, bahwa islamofobia berakar pada rasisme dan merupakan jenis rasisme yang menargetkan ekspresi dari Muslim atau yang dianggap Muslim.
Kelompok ini meluncurkan proyek pada April lalu untuk mendefinisikan islamofobia dengan cara yang dapat diterima oleh semua komunitas Muslim Inggris dan yang bisa beroperasi di seluruh organisasi pemerintah, publik, komunitas dan sektor swasta. Selama pengumpulan data, para anggota mengumpulkan banyak pengalaman islamofobia yang dihadapi umat Muslim.
Mereka di antaranya termasuk seorang pemadam kebakaran yang dilempari tulisan dalam sebuah kotak surat keluarga. Isi surat itu memaksa mereka untuk pindah.
Kemudian, ada pula pelecehan verbal terhadap gadis-gadis Muslim muda karena mengenakan jilbab, dan seorang Muslim yang diludahi dan dilempar telur.
Laporan ini menyoroti belum adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengadopsi definisi islamofobia, meskipun pengakuannya terhadap dampak negatif pada komunitas Muslim Inggris.
"Pergeseran yang dapat dideteksi dari yang terbuka ke yang lebih halus atau terhormat, manifestasi dari islamofobia, normalisasi prasangka sampai pada tingkat yang membuatnya hampir tidak terlihat oleh banyak orang, menjamin definisi yang dapat menangkap dan membalikkan lintasan sekarang," demikian laporan tersebut, seperti dilansir di Anadolu Agency, Kamis (29/1).
Dalam sebuah artikel terpisah yang ditulis di the Independent, Soubry mengatakan islamofobia adalah bentuk rasisme seperti antisemitisme.
"Saatnya ia mendapatkan definisinya sendiri. Islamofobia menjadi begitu normal dalam masyarakat kita, tetapi kita berjuang untuk mendefinisikannya," kata Soubry.
Laporan ini juga memberikan analisis mendalam tentang bagaimana Muslim yang tinggal di Inggris sangat mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Inggris.
Mereka menunjukkan kesetiaan kepada Inggris, dan percaya bahwa Islam dan jalan hidupnya sejalan dengan nilai-nilai dan cara hidup orang-orang Inggris.
The All Party Parliamentary Group pada Muslim Inggris didirikan pada 2017 dan diketuai bersama oleh Soubry dan Streeting. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam kejahatan berlatar kebencian anti-Muslim di Inggris.
Catatan pada 2017 menunjukkan rekor jumlah serangan islamofobia. Tell Mama, kelompok pemantau multi-agama, mencatat lebih dari 1.200 laporan tentang insiden Islamofobia, yang meningkat 26 persen dari tahun sebelumnya.