Jumat 30 Nov 2018 05:00 WIB

Cerita Rasulullah Soal Derita Si Pembawa Berhala

Sebelumnya, kawasan hijaz masih mempertahankan ajaran Ibrahim.

Berhala kayu yang diperkirakan berusia 11 ribu tahun.
Foto: siberiantimes.
Berhala kayu yang diperkirakan berusia 11 ribu tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama masa kekosongan wahyu futhurusai meninggalnya Nabi Isa AS dan sebelum Allah SWT mengutus Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, masyarakat Arab Jahiliah di kawasan Hijaz dan sekitarnya masih mempertahankan agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim AS. Warga yang tinggal di sekitar Ka'bah tidak terpengaruh keyakinan-keyakinan asing, baik dinamisme ataupun anisme. 

Namun, pemandangan itu berubah ketika Amar bin Luhayyi al-Khaza'i memperkenalkan berhala kepada warga Hijaz dan mengajak segenap masyarakat di kawasan itu agar menyembah patung-patung tak bernyawa tersebut. “Ia adalah sosok yang pertama kali mengubah agama Ibrahim,” sabda Rasul seperti riwayat Ibnu Abbas. 

Amar berasal dari suku Khaza'ah dan merupakan pembesar di wilayah Hijaz ketika itu. Kelompok ini sempat berkuasa di Hijaz untuk beberapa waktu. Kekuasaan yang dimiliki digunakan untuk menancapkan hegemoni dan taring mereka di daerah sekitar Ka'bah. Pengelolaan Rumah Allah SWT itu pun, dilakukan secara semena-mena.

Arogansi dan kesewang-wenangan Khaza'ah mafhum bila menengok status sosial yang mereka tapaki pada masa itu. Ini tampak dari kekayaan yang dimiliki Amar. Seperti digambarkan oleh para sejarawan, hartanya melimpah ruah. Ia mempunyai 20 ribu unta. Terkadang, ketika musim haji, ia menyembelih 10 ribu ekor kambing.

Perhiasannya mencapai 10 ribu tiap tahun. Ia kerap mentraktir makan warga Arab serta memanjakan mereka dengan menu berlemak dan madu. Posisi istimewa yang diraih Amar itu menempatkannya sebagai poros dan kutub hukum di kalangan warga Hijaz. Perkataan dan perbuatannya menjelma menjadi “syariat”.

Ibnu Hisyam mengisahkan, Amar bersentuhan dengan dunia berhala usai kunjungan rutinnya ke Syam (kini Suriah) untuk keperluan perniagaan. Sewaktu ia sampai di Ma'ab, daerah Balqa', ia bertemu dengan suku Amaliq, keturunan Imlaq bin Lawuz bin Sam bin Nuh. Amar melihat penduduk setempat tengah beribadah di hadapan berhala. Ia pun bertanya-tanya, “Apa gerangan patung yang kalian sembah?” 

Warga memberitahu Amar bahwa berhala itu mereka sembah laiknya tuhan. Sembahan mereka itu berkuasa atas segala sesuatu. Ketika ingin meminta hujan, berhala itu pun akan mengabulkannya, jika menghendaki kemenangan perang, patung-patung tersebut akan mewujudkannya. 

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement