REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma (Persero) Tbk melakukan penandatanganan kesepakatan dengan pimpinan 30 Pondok Pesantren dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang berada di tanah Jawa. Dalam kerja sama ini, Kimia Farma akan membantu mengembangkan ekonomi pesantren.
Penandatangan ini dihadiri Ketua Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukamanul Hakim mewakili Ketum MUI KH Ma'ruf Amin. Dengan kerja sama ini, Lukmanul berharap Kimia Farma juga bisa membantu pesantren dari Sabang sampai Merauke.
"Kita harapkan nanti Kimia Farma juga bisa membantu pengembangan ekonomi pesantren dari Sabang sampai Merauke," ujar Lukmanul saat memberikan sambutan dalam acara penandatangan MoU Kimia Farma dan 30 Pondok Pesantren di West Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Honesti Basyir menjelaskan, pihaknya melakukan kerja sama tersebut lantaran melihat adanya banyak potensi yang bisa dikembangkan dengan pesantren. Apalagi, menurut dia, pesantren tidak hanya lembaga pendidikan kegamaan tapi juga mempunyai tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitarnya.
"Nah, kita lihat di pesantren ada beberapa potensi ekonomi yang bisa kita lakukan. Makanya dengan kerja sama ini ada dua hal sebenarnya yang kita coba inisiasi," ucap Basyir.
Pertama, lanjut dia, yaitu Kimia Farma akan membantu memberikan layanan kesehatan untuk pesantren maupun untuk masyarakat sekitarnya. Menurut dia, pihaknya akan membantu membangun klinik kesehatan di setiap pesantren tersebut dengan biaya sekitar Rp 300 juga untuk per klinik.
Pembangunan klinik tersebut diharapkan juga bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pesantren. "Makanya kita nanti akan membangun klinik kesehatan di sana. Ini juga akan membantu tugas pemerintah nanti dalam jaminan kesehatan nasional," kata Basyir.
Kedua, tambah dia, Kimia Farma juga akan memberikan bantuan untuk membangun ekonomi keumatan. Karena, menurut dia, sebenarnya banyak potensi yang ada di pesantren yang bisa dikembangkan. Namun, potensi tersebut banyak terkendala teknologi, pendanaan, dan juga masalah pemasaran produk.
Menurut dia, untuk membangun ekonomi keumatan tersebut pihaknya akan memberikan pelatihan kepada pesantren-pesantren tersebut untuk memanfaatkan lahan yang ada di pesantrennya, sehingga bisa menghasilkan produk obat-obatan yang berkualitas.
"Nah, dengan kondisi inilah kita mencoba membantu mereka," jelas Basyir.