REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menargetkan siswa dan santri dapat mengampanyekan sanitasi yang layak di lingkungan keluarga.
Koordinator Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Tangerang Erwin Mawandi mengatakan, Pemkab telah membangun akses sanitasi yang layak hampir di seluruh sekolah negeri di Kabupaten Tangerang.
Selain pembangunan insrastrukfur, kata dia, para siswa juga diedukasi untuk memanfaatkan akses sanitasi dengan baik dan benar.
"Targetnya, anak itu bisa berkata, 'buang air itu harus seperti di sekolah.' Karena kita sediakan WC yang bersih," kata dia di Desa Kayu Bongkok, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Selasa (27/11).
Ia mengatakan, ada sekitar 500 ribu siswa sekolah di 775 SD 77 SMP, serta puluhan SMA dan SMK. Ratusan ribu siswa itu harus menjadi agen bagi keluarganya masing-masing agar tidak lagi buang air besar sembarangan (BABS).
Selain sekolah, Pemkab juga tengah membangun akses sanitasi yang layak di pondok pesantren. Pada 2018, ada 46 dari 829 pondok pesantren yang terdata dibangunkan infrastruktur sanitasi yang layak.
"Sisanya kita akan tuntaskan dalam lima tahun. Karena banyak di pesantren ada anggapan kalau belum terkena penyakit kulit, belum jadi santri," kata dia.
Berdasarkan data Pemkab Tangerang, masih ada sekitar 400 ribu jiwa atau 100 ribu kelapa keluarga di wilayahnya yang masih melakukan BABS. Hal itu disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan warga untuk BAB di sungai karena aliran air yang selalu besar.
Hingga saat ini, baru 72,7 persen warga Kabupaten Tangerang yang memiliki akses sanitasi layak. Sementara sisanya, sebagian memiliki akses sanitasi pribadi, tapi kondisinya belum layak. Pemkab Tangerang sendiri menargetkan 90 persen warganya memiliki akses sanitasi yang layak dalam lima tahun ke depan.