REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengatakan, PBNU mengecam keras terjadinya ledakan bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan. Menurut dia, bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 50 orang tersebut telah menciderai kemanusiaan.
PBNU juga mengucapkan duka yang sangat mendalam atas terjadinya peristiwa tersebut. Apalagi, dia mengatakan tragedi tersebut dilakukan di tengah-tengah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Karena itu, PBNU mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera mengusut kasus tersebut.
"Kami mendesak PBB untuk segera mengusut dan menindak tegas pelaku pengeboman di Kabul tersebut. Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan motif bagaimanapun tidak dibenarkan, sebab ia merupakan kejahatan rasa kemanusiaan," ujar Helmy kepada Republika.co.id, Rabu (21/11).
Hemly mengatakan PBNU mengecam segala bentuk dan tindakan kekerasan, termasuk di dalamnya adalah perilaku pengeboman dan bom bunuh diri. Segala bentuk tindakan kekerasan yang mengatasnamakan apapun, kata dia, bukan ciri Islam yang rahmatan lil alamin.
"Islam mengutuk kekerasan. Bahkan tidak ada satupun agama dan ideologi di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan. Umat Islam umumnya ikut merasakan kepedihan yang sangat luar biasa atas kejadian bom bunuh diri di Kabul," ucapnya.
Ledakan bom bunuh diri tersebut tidak terlepas dari pengaruh radikalisme dan ekstremisme. Paham-paham tersebut telah membuat sekelompok umat Islam terjerembab dalam lubang kesesatan. Karena itu, PBNU juga mendukung pemerintah Indonesia untuk menangani radikalisme dan ekstremisme di dunia.
"Kami mendukung pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah proaktif dalam membantu menangani radikalisme dan terorisme sebagai bentuk tanggung jawab untuk ikut andil dalam menciptakan perdamaian dunia," kata Helmy.
Sebelumnya diberitakan, bom bunuh diri yang menargetkan seorang ulama di Kabul menewaskan sedikitnya 50 orang. Bom bunuh diri tersebut meledak dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setidaknya, ada 83 orang lain terluka dalam serangan tersebut. "Semua korban penyerangan adalah cendekiawan Muslim yang sedang berkumpul merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad," kata juru bicara kepala kepolisian Kabul, Basir Mujahid, Rabu (21/11).