REPUBLIKA.CO.ID, “Nyari lidi itu sehari cuma dapat Rp 30 ribu, makanya saya beralih menanam sayur dengan bantuan bibit dari Rumah Zakat,” ujar Kasmirun.
Usia tak menghalangi Kasmirun untuk tetap berdaya. Ia yang tiga tahun lagi memasuki angka 70, masih saja bekerja keras merawat kebun sayurnya demi sesuap nasi. Jika sebelumnya Kasmirun hanya bisa mengantongi Rp 30 ribu dari penjualan lidi yang ia kumpulkan, maka dari kebun sayurnya Kasmirun bisa mendapatkan uang sedikitnya Rp 50 ribu per hari.
“Alhamdulillah, setiap hari saya dan istri mengantarkan sendiri sayuran ini ke warung-warung sekitar Sahkuda Bayu. Di Sahkuda Bayu ini baru kami yang punya kebun sayur, karena itu sayuran ini pasti laku. Alhamdulillah,” ujar Kasmirun bahagia seperti dikutip siaran pers Rumah Zakat.
Kendati berkebun bukan pengalaman baru bagi Kasmirun, namun berprofesi sebagai petani sayur adalah hal yang baru baginya. Kasmirun mengaku masih belum paham bagaimana memperlakukan pupuk yang pas untuk tanamannya. Ia masih bingung meramu pupuk agar tanaman sayurnya makin subur.
Selama ini apa yang ia tanam memang belum pernah mengalami kegagalan, tapi tentu ia ingin menanam beragam jenis sayuran lagi.Di kebun Kasmirun terdapat tanaman
kangkung, bayam, sawi manis juga cabe. Menanam sayuran memang musiman, seperti Kasmirun yang mengganti terong dengan tanaman sawi manis, dan sekarang tengah mengolah tanah yang dipersiapkan untuk ditanami jagung manis.
“Anak saya empat sudah menikah semua, sekarang saya tinggal bersama istri dan mencari uang dari kebun ini. Terima kasih Rumah Zakat, atas bantuannya. Ke depan saya masih sangat berharap bantuan alat juga pendampingan dari Pak Herman,” Kasmirun mengungkapkan harapannya.