REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membangun integrated community shelter, kawasan pemulihan terpadu di Palu, Sulawesi Tengah. Hunian sementara ini dibangun untuk membantu warga penyintas bencana gempa dan tsunami yang terjadi September lalu.
"Program yang sedang berjalan, pembangunan shelter di beberapa lokasi terdampak," kata Program Pemasaran ACT Eka Citra Saputra saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (7/11).
Shelter saat ini sudah dibangun di sektiar lima lokasi yang tersebar di Palu, Donggala dan Sigi. Salah satu shelter di Palu, dijelaskan Eka, berada di sebuah lapangan berisi 96 unit bangunan. "Yang rumahnya hancur kami buatkan shelter," kata Eka.
ACT menyediakan beberapa jenis shelter, disesuaikan dengan kebutuhan di sana, antara lain mereka menyediakan shelter untuk keluarga.Kawasan pemulihan terpadu itu juga memiliki fasilitas seperti kamar mandi hingga sekolah agar penyintas mendapatkan kebutuhan dasar mereka.
ACT menargetkan membangun 1.000 unit di kawasan pemulihan terpadu di lokasi yang terdampak. Selain memiliki shelter, ACT saat ini memiliki 150 posko yang tersebar di Palu, Donggala dan Sigi untuk mendistribusikan bantuan kepada warga sekaligus menyediakan layanan kesehatan.
ACT bekerja sama dengan RPX dan Kitabisa.com untuk menghimpun bantuan bagi warga Palu, Donggala dan Sigi, total terkumpul sekitar 1,5 ton yang terdiri dari bahan makanan, perlengkapan bayi hingga pakaian layak pakai. Bantuan tersebut sudah dikirim ke Palu, melalui ACT, pada 3 November lalu.
Data terbaru dari BPBD menyebutkan 87 ribu warga masih mengungsi setelah bencana melanda kota mereka pada 28 September lalu. Penyintas mengungsi di bekas tempat tinggal mereka yang rusak ringan hingga parah.
Hingga bulan ini, tim penyelamat masih mengevakuasi jasad korban gempa dan tsunami di Palu diantara reruntuhan bangunan. Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Palu, Sigi dan Donggala pada September lalu hingga menimbulkan gelombang tsunami yang menghancurkan kota tersebut. Bencana tersebut menelan lebih dari 2.000 korban jiwa.