Senin 05 Nov 2018 23:15 WIB

Rumah Singgah Gratis Banyak Berdiri di Makkah dan Madinah

sikap ramah tamah (hospitality) tanpa pamrih untuk para pelancong terus dipertahankan

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Makkah
Foto: ROL/Didi Purwadi
Makkah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memberikan perhatian khusus pada tamu yang secara materil serba kekurangan. Merujuk pada surah at-Taubah ayat 60, ibnu sabil adalah salah satu golongan yang berhak menerima zakat.

Kalangan ulama mendeskripsikannya sebagai orang yang kehabisan bekal ketika dalam perjalanan yang tidak bertujuan maksiat. Tidak hanya bekal, tetapi juga tempat tinggal sementara. Pada zaman Rasulullah SAW, ada suatu pelataran Masjid Nabawi yang disebut sebagai Suffah(harfiah: `tempat berteduh').

Penghuninya (ahl as-suffah) adalah para tamu kaum Muslimin yang tidak menetap dengan keluarga dan juga tidak memiliki harta memadai. Beberapa orang Muhajirin yang tidak mendapatkan rumah di Madinah kerap menghabiskan malam di sana. Nabi Muhammad SAW senang duduk-duduk bersama dengan mereka di kala luang.

Jumlah ahlus suffah tidak statis karena sering ada yang datang dan pergi, tetapi biasanya lebih dari 50 orang. Menurut Akram Dhiya al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah, ahl as-suffah menyibukkan diri dalam mencari ilmu dan beribadah di Masjid Nabawi.

Oleh karena itu, banyak di antaranya yang menjadi pakar lantaran menghafal begitu banyak hadis. Salah satu contohnya adalah Abu Hurairah.

Bagaimanapun, ahlus suffah juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan jihad. Mereka adalah ahli ibadah pada malam hari dan prajurit yang gagah berani pada siang hari, tegas Dr Akram. Mereka juga hidup bersahaja. Kurma menjadi makanan sehari-hari. Rasulullah SAW selalu menyediakan setangkup kurma untuk dua orang ahlus suffah setiap hari.

Tidak jarang beliau SAW mengundang mereka untuk makan bersama di rumah meski dengan hidangan seadanya. Dalam Menurut riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW jika menerima sedekah, akan mengirimkannya kepada ahlus suffah. Apabila menerima hadiah, beliau SAW akan mengambil sebagian. Sedangkan, sebagian lainnya diberikan kepada mereka.

Semasa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, sikap ramah tamah (hospitality) tanpa pamrih untuk para pelancong terus dipertahankan. Khalifah Umar, misalnya, melanjutkan kebiasaan Nabi SAW yang menyediakan penginapan gratis bagi jamaah haji yang ibnu sabil.

Bahkan, sosok yang berjulukan al-Faruq itu mengikutsertakan pendirian rumah-rumah persinggahan gratis di Makkah, Madinah, dan Kuffah, ke dalam program infrastruktur nasional. Pada masa ini, pembangun an jalan-jalan, saluran irigasi, serta sistem birokrasi dan keamanan memang berlangsung cukup pesat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement