Rabu 31 Oct 2018 18:41 WIB

Rumah Amal Buktikan Kaum Milenial Peduli Sosial

Rumah Amal fokus pada pemberian beasiswa kepada anak-anak dhuafa.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Direktur Rumah Amal Muhammad Kamal Muzakki (kanan) memberikan cinderamata Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Rabu (31/10).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Rumah Amal Muhammad Kamal Muzakki (kanan) memberikan cinderamata Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Rabu (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata siapa mahasiswa hanya bisa berkutat dengan makalah dan kegiatan organisasi kampus saja? Nyatanya kini, banyak mahasiswa yang terjun langsung dalam kegiatan kemanusiaan, bukan hanya lingkup kampus, tapi juga nasional. 

Hal ini tentu membuktikan bahwa generasi milenial yang banyak dianggap apatis dan cenderung anti sosial, ternyata salah besar. Sebaliknya, generasi muda saat ini memiliki ambisi besar untuk menciptakan banyak inovasi baru, termasuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan berbasis agama. 

Rumah amal buktinya. Lembaga zakat berbasis kampus yang berdiri sejak 2007 ini terdiri dari mahasiswa berbagai universitas di Bandung. Setelah menetapkan diri sebagai lembaga zakat independen pada 2017 lalu, Rumah Zakat telah menjalankan sejumlah program, mulai dari pendidikan hingga pembinaan muallaf. 

Direktur Rumah Amal, Muhammad Kamal Muzakki menjelaskan, sejak awal berdiri, Rumah Amal memang memfokuskan diri pada pemberian beasiswa kepada anak-anak dhuafa. Beasiswa perintis, lanjut Kamal adalah salah satu program unggulan, dimana Rumah Amal memberikan beasiswa kepada ratusan siswa setiap tahunnya. 

“Melalui beasiswa perintis, kita beri mereka (siswa yang telah diseleksi) bimbingan selama tujuh bulan untuk persiapan masuk PTN dan itu gratis,” jelas Kamal saat mendatangi Republika.co.id, Rabu (31/10). 

Untuk tahun ini, Rumah Amal memberikan sedikit keistimewaan dengan adanya beasiswa full bagi setiap peserta bimbingan yang mampu diterima di ITB. Menurut Kamal, hal ini yang membuat membeludaknya jumlah pendaftar. Tahun ini, lanjut dia jumlah penerima beasiswa sudah melampaui target, baik mereka yang diterima di ITB maupun PTN lain. 

“Sebenarnya, hal yang ditonjolkan dari program ini bukan nominal bantuan yang diberikan, tapi pembinaan yang kami berikan. Dengan harapan semangat mereka (calon penerima beasiswa) untuk melanjutkan pendidikan kembali terpacu meski dari latar belakang ekonomi yang rendah,” jelas dia. 

“Selain itu masih banyak beasiswa lain, beasiswa imam muda. Disitu kita seleksi siswa yang bisa mengaji dengan baik dan memiliki pengetahuan agama yang bagus. Tapi beasiswa ini hanya dikhususkan bagi mahasiswa PTN aktif di Jawa Barat,” ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement