Senin 29 Oct 2018 12:53 WIB

PBNU Imbau Masyarakat Hindari Hoax Jatuhnya Lion Air

Jangan jadikan musibah sebagai instrumen kampanye, baik pilpres maupun pileg.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Awak kapal KN SAR 224 Jakarta dan RIB 03 Jakarta mengamankan serpihan-serpihan yang diduga terkait jatuhnya pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di laut utara Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018).
Foto: Antara/Humas Basarnas
Awak kapal KN SAR 224 Jakarta dan RIB 03 Jakarta mengamankan serpihan-serpihan yang diduga terkait jatuhnya pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di laut utara Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengucapkan bela sungkawa akibat jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dalam penerbangan Jakarta – Pangkal Pinang Senin (29/10) pagi. Terpenting, masyarakat diminta untuk menghindari spekulasi dan hoax.

Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas meminta masyarakat dapat mempercayakan otoritas yang berwenang untuk melakukan penyelidikan menyeluruh sebab-sebab jatuhnya pesawat. “Kita percayakan kepada otoritas yang ada untuk melakukan penyelidikan menyeluruh. Jangan pula jadikan musibah sebagai instrumen kampanye, baik pilpres maupun pileg,” ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (29/10).

Robikin mengatakan, seseorang tidak akan mungkin mati kecuali dengan izin Allah. Karena, hal itu benar-benar telah dicatat oleh Allah dalam buku yang mengandung semua ajal manusia (QS 3:145).

Sebelumnya, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan pesawat Lion Air dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh ke laut. “Ini dipastikan jatuh," ujar juru bicara Basarnas, Yusuf Latif, yang dikonfirmasi lewat pesan singkat, dilansir Reuters, Senin (29/10).

Otoritas menyatakan pesawat hilang kontak 13 menit setelah lepas landas. Pesawat yang hilang tersebut, berdasarkan Fligradar 24, merupakan Boeing 737 MAX 8.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement