Kamis 25 Oct 2018 16:22 WIB

Meraih Nilai Hakiki

Hidup orang beriman bukan sekadar untuk mengumpulkan harta

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, OLEH : Fajar Kurnianto

Hidup orang beriman bukan sekadar untuk mengumpulkan harta atau sesuatu yang sifatnya material, melainkan juga yang sifatnya immaterial dan spiritual, isi jiwa atau rohani dan nilai hakiki yang abadi di sisi Allah. Allah berfirman, Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (QS an- Nahl [16]: 96). Segala yang manusia punya di dunia pasti akan lenyap. Sementara segala yang ada di sisi Allah berupa pahala atau anugerah ukhrawi pasti akan kekal.

Allah Mahakaya, tak memerlukan harta manusia, karena hakikatnya semuanya adalah milik-Nya, termasuk apa yang manusia miliki di dunia. Sebanyak apa pun harta yang manusia punya di dunia, itu takkan bisa mem bantunya di akhirat ketika keburukan di timbangan amal lebih berat daripada kebaikannya.Yang bisa membantu manusia lepas dari kesulitan di akhirat adalah amal saleh di dunia yang buahnya adalah pahala di sisi Allah.

Nabi pernah bersabda, Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya, dan amalnya. Yang dua kembali sementara yang satu lagi tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya.(HR al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, orang beriman seyogianya hati-hati jangan sampai terlena dengan sesuatu yang material meskipun itu tampak indah dan nikmat, hingga melupakan yang lebih kekal di akhirat. Ada saatnya apa yang manusia punya akan lenyap. Entah itu karena berpindah tangan atau diambil orang. Atau, lenyap karena musibah dan bencana alam yang terjadi dan menghancurkan segalanya.

Kehidupan dunia terkadang membuat seseorang melalaikan akhirat dan Allah, sehingga hatinya menjadi gelap.Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Kitab al-Hikam mengingatkan, Bagaimana hati seseorang akan terang hatinya, sementara dunia masih terlukis di hatinya.Bagaimana seseorang akan pergi menuju Allah, sementara dia masih terbelenggu dengan syahwatnya. Bagaimana dia akan dapat menghadap ke hadirat Allah, padahal dia belum bersih dari kelalaian. Bagaimana dia akan mengerti rahasia-rahasia yang halus, padahal dia belum bertobat dari kekeliruan-kekeliruannya.

Saat manusia meninggal, yang mengikutinya akan kem bali pulang, bahkan orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, kerabat, atau sahabatnya. Harta yang manusia punya juga akan ditinggalkan, selain beberapa lembar kain yang akan hancur terurai. Bahkan, jasad manusia yang material pun akan ikut hancur hingga kelak dibangkitkan lagi setelah kiamat. Tak ada apa pun yang tersisa pada manusia selain hasil amal atau perbuatan di dunia yang akan dipertanggungjawabkan. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement