REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menargetkan kegiatan belajar mengajar di madrasah, di lokasi terdampak bencana Sulawesi Tengah (Sulteng), dapat mulai pulih pada November. Staf Ahli Menteri Agama Oman Faturrahman mengatakan, Kemenag tengah berupaya melakukan perbaikan pada insrastruktur yang terdampak gempa, tsunami, dan likuefaksi.
Sejak Senin (22/10) Kemenag mulai membangun kelas sementara untuk menampung siswa madrasah yang bangunannya rusak. Sebanyak 25 unit kelas sementara di IAIN Palu, dan 25 unit di madrasah-madrasah yang tak terdampak bencana.
"Setiap unit kelas sementara, kata dia, berisi terdiri dari dua ruang kelas. Masing-masing ruang muat 30 orang," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (23/10).
Oman menambahkan, pihaknya juga mendapatkan bantuan tenda kelas darurat dari Unicef, melalui kontak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, tenda dari Unicef masih terbatas.
Ia mengatakan, baru ada 200 tenda Unicef yang tersedia di lokasi terdampak bencana. Dari 200 tenda itu, hanya lima buah yang bisa didistribusikan ke madrasah-madrasah yang terdampak.
Baca: Madrasah di Sulteng Butuh 330 Tenda Darurat
"Bedanya dengan Kemendikbud, memang cakupan penanganan dampak bencana oleh Kemenag ini kan jauh lebih berat dan besar, bukan hanya aspek pendidikan, tapi mencakup empat aspek," ujar dia.
Selain menangani lembaga pendidikan agama dan keagamaan, Kemenag juga harus melakukan perbaikan pada kantor-kantor pelayanan agama, rumah ibadah, serta seluruh ASN Kemenag. Karena itu, menurut dia, fokus Kemenag menjadi terpecah, lantaran semua terdampak parah.
Oman mengakui, butuh waktu bagi Kemenag memperbaiki kondisi Sulteng. Menurut dia, masih lama untuk membuat situasi kembali normal itu ya masih lama. "Tapi kami mentargetkan 1 November aktivitas belajar mengajar sudah lebih banyak yang mulai, meski dalam situasi tidak normal," ujar dia.
Berdasarkan data Kemenag, kebutuhan kelas darurat mencapai 410 unit. Kebutuhan kelas darurat madrasah sebanyak 310 unit dan 100 unit untuk IAIN Palu. Sementara, hingga Sabtu (20/10), baru 13 unit kelas darurat terpasang untuk madrasah.
Dampak gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulteng sendiri berdampak pada 110 raudathul athtal, 207 madrasah Ibtidaiyah, 282 madrasah tsanawiyah, 156 madrasah alawiyah, satu IAIN, tiga Fakultas Agama Islam pada universitas swasta, dan dua Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam. Selain itu, kerusakan juga terjadi pada 1.587 masjid, 446 musalah, 2.932 gereja.