Ahad 21 Oct 2018 21:39 WIB

Hari Santri Sejatinya Apresiasi Kesalehan Nasional

Spirit santri itu mengabdi dan kontribusi sepenuh hati bagi kemajuan umat dan bangsa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ribuan santri dari seluruh Jawa Barat mengikuti kirab dalam rangka Hari Santri Nusantara Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Ahad (21/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ribuan santri dari seluruh Jawa Barat mengikuti kirab dalam rangka Hari Santri Nusantara Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Ahad (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhbib Abdul Wahab mengatakan, Hari Santri Nasional sejatinya merupakan apresiasi kesalehan nasional umat Islam Indonesia dalam beragama, berbangsa dan bernegara. Spirit santri adalah pengabdian dan kontribusi sepenuh hati untuk kemajuan umat dan bangsa.

"Mengaku santri tapi korupsi itu bukan santri, mengaku santri tapi bersikap anti-Pancasila dan berperilaku tidak Islami sejatinya bukan santri," kata Muhbib kepada Republika.co.id, Ahad (21/10).

Ia menegaskan, jadi Hari Santri Nasional harus dimaknai sebagai proses edukasi bangsa agar menjadi khaira ummah. Ada pesan penting yang perlu disampaikan kepada publik dalam peringatan Hari Santri Nasional. Yakni sebagian pendiri bangsa ini adalah para santri seperti Ki Bagus Hadikusumo dan Kiai Haji A Wahid Hasyim. "Etos kesantrian adalah etos perjuangan yang perlu diwarisi dari santri zaman dulu, mereka dulu berjuang dan berjihad demi kemerdekan dan rela berkorban demi NKRI," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Agama menjelaskan ada dua sanad yang ingin disampaikan dalam peringatan Hari Santri Nasional. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dari Kementerian Agama, Ahmad Zayadi mengatakan, dalam memeringati Hari Santri Nasional ada dua sanad besar yang diusung.

Pertama, sanad keilmuan di dalamnya ada tradisi, nilai dan budaya pesantren. Kedua, ada sanad kejuangan santri dan pondok pesantren. "Jadi peristiwa 22 Oktober itu peristiwa yang sangat heroik karena ada resolusi jihad," kata Ahmad kepada Republika.co.id, Rabu (17/10) lalu.

Ia menerangkan, resolusi jihad telah mengilhami masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya. Sehingga pada 10 November terjadi peperangan di Surabaya. Sekarang 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Menurutnya, embrio 10 November yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan berasal dari peristiwa 22 Oktober. Jadi ada relasi kejuangan yang sekarang disebut sebagai sanad kejuangan dalam peringatan Hari Santri Nasional.

Dia menegaskan, jadi kalau berbicara hari santri di dalamnya ada sanad keilmuan seperti aspek budaya, nilai dan tradisinya pesantren. Juga ada sanad kejuangan. "Dua aspek itu tetap akan kita kembangkan dalam peringatan Hari Santri, dua aspek ini harus kita rawat, kita tumbuh kembangkan dan kita lembagakan," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement