Sabtu 20 Oct 2018 22:41 WIB

Hari Santri Nasional, Presiden Perkuat Program Ponpes

Pemerintah berencana menambah balai latihan di ponpes.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Apel Akbar Santri Nusantara 2018 dalam peringatan Hari Santri Nasional di Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (20/10). Kepada para pimpinan pondok pesantren, Jokowi berjanji untuk memperkuat program-program di pondok pesantren.

Sejumlah program yang telah dimulai yakni seperti Bank Wakaf Mikro dan balai latihan kerja. "Bank Wakaf Mikro mungkin baru 33 ponpes yang kita coba. Balai latihan kerja ponpes baru 50 kurang lebih. Tapi tahun depan Insyallah kita perbanyak 1.000," kata Jokowi.

Jokowi menyampaikan, pemerintah juga berencana akan menambah balai latihan di ponpes jika hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. "Dan kalau bisa bermanfaat untuk SDM, tahun depannya lagi insyallah kita akan lipat gandakan. Karena terdapat kurang lebih 28 ribu ponpes dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.

Baca juga, Presiden Jokowi Janji Beri Perhatian Khusus ke Ponpes dan Santri.

Presiden mengatakan, ia sering kali mengunjungi pondok pesantren untuk melihat secara langsung kebutuhan program yang tepat bagi para santri. Sehingga pemerintah juga dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk pondok pesantren.

Mantan Wali Kota Solo ini menyampaikan, keputusan penetapan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober merupakan bentuk penghargaan negara terhadap para kiai dan ulama yang turut memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Para ulama juga dinilainya sangat berperan dalam menjaga NKRI serta mendorong kemajuan bangsa. Jokowi pun mengaku bersyukur, Indonesia memiliki tradisi kesantrian yang kuat.

Dalam kesempatan ini, Presiden mengingatkan para santri untuk memupuk sikap saling menghargai dan menghotmati antarmasyarakat yang berbeda suku, agama, maupun budaya. Sebab, kata Jokowi, persatuan dan kerukunan merupakan aset terbesar bangsa yang harus dijaga.

"Jangan sampai ada saling ejek di antara kita, antar daerah, tidak boleh antar suku saling ejek, tidak boleh antar agama saling mencela," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement