Sabtu 20 Oct 2018 14:33 WIB

ACT: Kegiatan Ekonomi Bantu Pulihkan Relaksasi Psikis

kegiatan perekonomian warga di lokasi terdampak bencana secara perlahan bergerak.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agung Sasongko
Ibu-ibu dan bapak-bapak pengungsi bergotong royong memotong-motong daging sapi dan memasak di dapur umum Posko Kemanusiaan ACT, di desa Lompio, Kabupaten Sirenja, Donggala Sulawesi Tengah, Ahad (14/10).
Foto: Darmawan / Republika
Ibu-ibu dan bapak-bapak pengungsi bergotong royong memotong-motong daging sapi dan memasak di dapur umum Posko Kemanusiaan ACT, di desa Lompio, Kabupaten Sirenja, Donggala Sulawesi Tengah, Ahad (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengungkapkan adanya kebutuhan relaksasi psikis korban gempa, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah (Sulteng). ACT menilai pulihnya kegiatan perekonomian di lokasi bencana sedikit banyak dapat memenuhi relaksasi psikis tersebut.

"Sehingga kalau ada fasilitas seperti yang melibatkan aktivitas publik akan lebih baik," kata Vice President of Communication Network ACT Iqbal Setyarso di Jakarta, Sabtu (20/10).

Iqbal mengatakan, kegiatan perekonomian warga di lokasi terdampak bencana secara perlahan mulai bergerak. Dia melanjutkan, warga sedikit demi sedikit telah membuka aktivitas perdagangan meski yang diperjualbelikan masih berupa barang-barang sederhana dengan jumlah yang masih tidak banyak.

Meski demikian, Iqbal berpendapat, kegiatan perekonomian itu dapat mengembalikan gairah kehidupan para korban. Dia melanjutkan, aktifitas reguler sebelum gempa akan memotivasi pemulihan warga dengan sedirinya

"Kalau ada aktivitas ekonomi aktivitas lain pasti juga terangkat itu," katanya.

Baca: ACT Bangun 1.00 Huntara di Sigi

Hal serupa juga diungkapkan Anggota Koalisi/Posko #SultengBergerak M Ridha Saleh. Dia meminta pemerintah untuk meggarap serius sektor ekonomi khususnya pertanian serta fasilitas publik yang menunjang‎ serta rehabilitasi psikologis.

Dia juga meminta pemerintah untuk mengelola secara optimal rekonstruksi kawasan terdampak bencana. Dia mengatakan, pemerintah harus melakukan pendataan dengan benar serta efektif sambil ikut memperkuat wilayah penyangga Palu, Sigi dan Donggala.

Sebelumnya, pemerintah secara resmi telah memperpanjang masa tanggap darurat selama 14 hari ke depan, mulai 13 Oktober hingga 26 Oktober. Dalam masa perpanjangan tanggap darurat akan dilakukan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, perbaikan saran dan prasarana, pembersihan puing bangunan dan lainnya.

Pemerintah rencananya juga akan membangun sekitar 1200 hunian sementara (huntara) yang diperuntukan bagi para korban. Pembangunan huntara ditarget rampung seluruhnya dalam dua bulan ke depan namun dapat segera dihuni secara bertahap selama masa pembangunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement