REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- "Yuni itu salah satu anak yang terlihat paling ceria dibandingkan yang lain. Tapi setelah hari kedua kami melakukan konseling, Yuni ternyata memiliki trauma yang lebih berat dibandingkan yang lain sehingga saat ada sedikit goncangan dia lebih sensitif," ucap Maya (24 tahun) sebagai salah satu tim Psikososial Rumah Zakat.
Dalam dunia psikologi, trauma yang dialami Yuni masih tergolong wajar karena masih dalam rentan waktu kurang dari satu bulan pascagempa dan tsunami di Palu. Tetapi psikososial tetap menjadi hal yang penting dilakukan. Di mana hal tersebut berfungsi untuk meluruskan pemikiran apabila terjadi kesalahfahaman dalam mengartikan keadaan sosial akibat bencana yang terjadi.
Rumah Zakat mengirimkan tim untuk melakukan pendampingan psikososial kepada anak-anak korban gempa Sulawesi Tengah.
Bagi anak-anak yang memiliki kognitif yang belum matang, hal ini sangat penting dikarenakan apabila suatu trauma berkelanjutan maka akan menimbulkan phobia yang bisa diderita seumur hidup. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka di masa depan.
Mengingat hal tersebut, maka Rumah Zakat mengirim tim psikososial ke Mts nurul hasanah, Pengawu, Tatanga untuk membantu anak anak Korban Bencana Gempa dan Tsunami Palu. Seperti dalam siaran persnya disebutkan, semoga dengan kegiatan psikososial ini dapat membantu anak-anak kembali kepada kondisi sediakala.