REPUBLIKA.CO.ID, RABAT— Setelah menempuh ribuan kilo meter dalam waktu kurang lebih 100 hari, Yusuf al-Hawas, penyandang difabel asal Maroko, bersama temannya, Jabbari, berhasil menginjakkan kaki di Canton China.
Yusuf yang seorang insinyur tekhnik mesin ini berhasil merakit motor tenaga suryanya dengan kemampuan tempuh 20 km per jam. Mimpinya mengikuti jejak Ibnu Batutah, seorang petualang asal Maroko Abad Pertengahan itu, sempat terjal.
Banyak orang, termasuk kawan dekatnya, meragukan apakah dia mampu mewujudkan mimpinya tersebut. “Banyak yang hendak menjegal mimpi saya sebelum berangkat,” kata Yusuf seperti dilansir Aljazeera pekan lalu.
Namun berkat dukungan keluarga dan temannya, Muhammad Jabbari, Yusuf selesai menjelajahi rute ekstrem bersama Jabbari. Pemerintah Maroko, memberikan dana sekadarnya untuk biaya perjalanan mereka berdua.
Perjalanannya yang berat itu melintasi 12 negara. Yusuf dan Jabbari memilih rute tersulit dari arah selatan melintasi Kazakhastan. Jarak tempuh di Kazakhastan sendiri mencapa 4.000 km. Tidak hanya soal rute yang rumit, tetapi juga bagaimana mereka harus membekali diri selama petualangan dan memperoleh visa dari masing-masing negara yang dilewati.
Hingga keduanya masih tidak percaya dan terus terbayang-bayang dengan beban perjalanan yang berat. “Petualangan kita itu adalah takdir, hanya ada dua pilihan yaitu kita sampai tujuan atau meninggal di perjalanan,” kata dia. Sang teman, Jabbari pun menimpali pernyataan rekannya itu dengan selalu mengucapkan dua kalimat syahadat sepanjang perjalanan.