Rabu 17 Oct 2018 07:27 WIB

Peringatan Hari Santri Diisi Doa untuk Sulteng dan NTB

Acara bertajuk Jateng Bershalawat tersebut diawali dengan pemutaran film pendek.

Pengungsi korban gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) mengambil air bersih dan air siap minum pada kendaraan Water Treatmen milik Polri dilokasi pengungsian di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (16/10/2018).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Pengungsi korban gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) mengambil air bersih dan air siap minum pada kendaraan Water Treatmen milik Polri dilokasi pengungsian di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (16/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Peringatan Hari Santri Nasional 2018 yang berlangsung di halaman Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang, Selasa (16/10) malam, diisi dengan doa bersama untuk para korban gempa dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah serta Nusa Tenggara Barat.

Acara bertajuk Jateng Bershalawat tersebut diawali dengan pemutaran film pendek yang didokumentasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat berkunjung ke Kota Palu dan sekitarnya. Pada film dokumenter itu mengisahkan perjalanan Ganjar saat melihat langsung beberapa daerah terdampak gempa dan tsunami di Sulteng.

Tampak rumah-rumah roboh, bangkai-bangkai mobil berserakan, tanah yang bergelombang jadi pembuka film tersebut yang berlanjut dengan para sukarelawan saat membangun hunian sementara bagi para pengungsi. "Saya baru pulang dari Palu mewakili saudara-saudara semua, saya menyampaikan pesan Gubernur Sulteng yang mengucapkan terima kasih kepada sampeyan semua," kata Ganjar di hadapan masyarakat.

Ganjar kemudian mengajak jamaah Jateng Bersalawat yang hadir dan yang berada di rumah untuk terus mendoakan korban bencana yang di Sulteng dan NTB. "Semoga masyarakat yang ada di Palu, Sigi, Lombok dan di tempat lain, tabah dan ikhlas, sedangkan yang meninggal dunia semoga khusnul khatimah, kita akan terus membantu," katanya.

 

Mantan anggota DPR RI itu mengajak seluruh warga Indonesia tidak saling menyalahkan dan mengaitkan bencana dengan perilaku apa pun. "Kita tidak boleh menyalahkan, mari kita dukung perbaikan Palu lebih baik dari kemarin, kalau ada yang mengatakan bencana di Palu karena banyak dosa, justru yang ngomong itu sumber dosa. Jangan menyalahkan Tuhan dan jangan menyalahkan makhluk," ujarnya.

Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf meminta masyarakat agar tidak banyak bicara yang berujung memancing amarah. "Insya Allah, Jateng akan jadi contoh di Indonesia, apa pun yang ditentukan Allah jangan banyak omong," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement