Senin 15 Oct 2018 16:21 WIB

Masjid Seribu Pintu Tangerang Unik dan Klasik

Konsep ruangan masjid yang disekat-sekat memiliki makna khusus.

Rep: c25/ Red: Agung Sasongko
Masjid Seribu Pintu
Foto:

Ruangan yang disekat-sekat Inilah yang menjadi daya tarik, sehingga membuat banyak pengunjung selalu penasaran untuk memasuki dan menyaksikannya dari dekat.

Ruangan tasbih merupakan salah satu dari dua ruangan utama yang ada di masjid ini.  Dari beberapa ruangan yang ada, ruang tasbih terbilang istimewa. Sebab, ruang inilah yang menjadi pintu masuk ke ruangan lainnya. Selain itu, untuk memasuki ruang tasbih ini, setiap pengunjung harus melewati lorong yang sangat gelap dan berbelok-belok, serta berukuran sangat rendah.

Itulah sekilas gambaran bagian dalam dari bangunan yang disebut dengan Masjid Nurul Yakin dan lebih terkenal dengan julukan Masjid Seribu Pintu. Sebab, jumlah pintunya sangat banyak. Untuk memudahkannya, maka masyarakat menjulukinya dengan seribu pintu. Lokasi masjid tersebut terletak di Kampung Bayur, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. Tidak jauh dari pusat Kota Tangerang.

Masjid ini dibangun pada tahun 1978 dan baru resmi dipergunakan pada tahun 1982. Berdasarkan sejumlah pendapat masyarakat, masjid ini dibangun oleh seseorang warga yang bernama Al-Fakir Syekh Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al-Muqaddam.

Tak ada yang istimewa dari bangunan ini dibandingkan masjid pada umumnya. Tak ada mimbar, apalagi menara masjid, sebagaimana layaknya masjid di Indonesia. Juga, tak ada shalat Jumat. Sudah sejak lama, bangunan ini tidak dipakai sebagai tempat shalat Jumat. Tak ada alasan. Mungkin saja karena tak ada tempat yang luas untuk menampung jamaah.

Namun, bentuk ruangan yang disekat-sekat menunjukkan ada sesuatu yang berbeda dari bangunan ini dibandingkan bangunan lainnya. Bahkan, sejumlah pilar besar juga menghiasi bangunan ini. Namun demikian, tak ada konsep atau arsitek yang merancang bangunan ini. ‘’Syekh Mahdi merancangnya tanpa konsep. Terkadang, hanya berdasarkan keinginan atau insting saja,’’ kata Nasir Abdullah, seorang petugas yang dipercaya sebagai humas masjid ini.

"Syekh Mahdi memikirkannya di dalam hati, lantas ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk membangun masjid sesuai dengan keinginannya," tambah Nasir. Hal yang sama juga diungkapkan Al-Faqir Syekh Mahdi. Menurutnya, bangunan tersebut dibangun oleh masyarakat.

Namun, justru karena ‘tanpa konsep’ inilah, bangunan tersebut tampak unik dan klasik. Bahkan, terkesan misterius, seperti sosok pendirinya, Al-Faqir Syekh Mahdi Hasan Al-Qudratillah al-Muqaddam. Dan hal itu pula, yang membuat banyak warga masyarakat, berbondong-bondong untuk menyaksikannya. Saat ini, Masjid tersebut memiliki dua bangunan utama yang masing-masing terdiri atas empat dan tiga lantai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement