REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Masjid Cheng Ho di Surabaya, Jawa Timur, merayakan kebinekaan di ulang tahunnya yang ke-16 dengan mengundang berbagai lapisan masyarakat dari lintas agama.
"Bisa dilihat dari segenap undangan yang hadir malam ini, tidak semuanya yang perempuan mengenakan kerudung atau jilbab. Karena siapa pun dan berasal dari etnis apa pun diterima di Masjid Cheng Ho ini," kata Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Liemfuk Shan di sela perayaan HUT ke-16 Masjid Cheng Ho di Surabaya, Sabtu malam (13/10).
Arsitektur Masjid Cheng Ho Surabaya sengaja tidak diberi pintu di berbagai sisinya agar siapa pun bisa masuk. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur, Haryanto Satriyo mengatakan, Masjid Cheng Ho yang dibangun di Surabaya pada 2002 merupakan cikal bakal berdirinya Masjid Cheng Ho di berbagai kota lainnya di Indonesia.
"Sampai sekarang sudah berdiri 16 Masjid Cheng Ho di berbagai daerah se-Indonesia," katanya.
Warga mengoperasikan telepon genggamnya di halaman Masjid Cheng Ho di Surabaya, Jawa Timur. (Antara/Zabur Karuru)
Ketua Dewan Pembina Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho HM Jos Soetomo mengemukakan, Masjid Cheng Ho yang kini sudah banyak berdiri di berbagai wilayah Indonesia membuktikan Laksamana Cheng Ho telah melekat di hati masyarakat Indonesia. Pelaut dan penjelajah Cina Cheng Ho tersohor di abad ke-14.
"Kita tidak bisa lahir dengan menentukan berasal dari etnis mana. Seperti saya, misalnya, tidak pernah menginginkan terlahir dari etnis Cina. Nyatanya saya adalah Indonesia. Kita bangsa Indonesia, Allahu Akbar," ujarnya.
Perayaan HUT ke-16 Masjid Cheng Ho Surabaya turut mengundang seluruh konsulat jenderal (Konjen) atau perwakiran dari negara-negara sahabat yang ada di Surabaya. Konjen Cina di Surabaya Gu Jingqi mengenang Laksamana Cheng Ho yang 611 tahun silam berlayar ke arah Barat hingga sampai ke Indonesia membawa misi sebagai duta besar persahabatan.
Dua warga berdoa di salah satu prosesi persiapan perayaan kedatangan Laksamana Cheng Ho atau Sam Poo Tay Djien ke-611 di Kelenteng Tay Kek Sie, Semarang, Jateng.
"Laksamana Cheng Ho ketika itu berlayar tidak membawa tombak dan meriam. Beliau membawa sutra dan persahabatan melalui pertukaran kebudayaan dan menyebarkan ilmu pengetahuan," katanya.
Dia mengapresiasi Masjid Cheng Ho Surabaya yang telah berdiri selama 16 tahun dirasa berkembang dengan pesat dan memberi pengaruh yang semakin luas terhadap masyarakat Indonesia. "Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho sebagai pengelola Masjid Cheng Ho telah banyak menyumbang, tidak hanya bagi masyarakat etnis Cina, tetapi kepada semua etnis. Keberadaan Masjid Cheng Ho telah memberi keharmonian bagi masyarakat Indonesia," katanya.