REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Forum Santri Indonesia (FSI) menggelar pertemuan dengan Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, di Gedung Sate, Kamis (11/10). Menurut Ketua Umum DPP Forum Santri Indonesia, Iwan Ari Kurnia, saat ini di Indonesia, termasuk di Jabar, hanya beberapa pesantren saja yang punya perusahaan. Itu pun, hanya pesantren yang unggul dan tertata dengan baik.
"Untuk mengangkat kesejahteraan pesantren, saat ini, memang keberadaan wirausaha sangat dibutuhkan di pesantren. Misalnya, usahanya berbentuk seperti koperasi," ujar Iwan kepada wartawan.
Oleh karena itu, Iwan sangat mendukung program satu pesantren satu perusahaan yang digagas oleh Pemprov Jabar. Bahkan, Forum Santri siap untuk bekerja sama dan menjadi mitra Pemprov Jabar di program tersebut.
"Dengan adanya program ini, setelah lulus dari pesantren, santri bisa wirausaha. Kan nggak semua santri jadi kiai," katanya.
Menurut Iwan, untuk mengembangkan pesantren saat ini yang dibutuhkan adalah ekonomi yang mengangkat pesantren. Karena, sering dilihat ada sebagian santri tak sanggup membayar uang SPP di pesantren karena ada sebagian pesantren yang terlalu tinggi memungut dana dari santri.
"Makany,a harus ada subsidi silangnya. Menurut saya dibuat ekonomi santri ini juga akan jadi solusi. Dalam waktu dekat kami akan buay koperasi syariah santri Indonesia," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, dia datang menemui Wagub Jabar Uu untuk Wakil Ketua DPP Forum Santri. Dia memilih Uu dengan pertimbangan, bahwa Uu merupakan wagub muda yang cerdas, santun dan agamis.
"Uu juga suka memberikan arahan-arahan pada santri di Indonesia agar santri nggak tertular paham radikalisme. Agar santri jangan kemana-mana," kata Iwan. Dia menambahkan, saat ini, anggota forumnya baru 100 orang, tapi pihaknya terus berkonsolidasi ke pesantren di seluruh Indonesia.
Iwan menjelaskan, forum santri sendiri memang merupakan organisasi kemasyarakatan yang baru berdiri. Forum ini, bergerak di bidang kepemudaan yaitu santri. Anggotanya, santri di seluruh Indonesia. Gagasan utamanya membawa arah santri menjadi paham yang baik dan beragama dengan baik.
"Kami pun ingin membawa santri agar ekonominya sejahtera. Kita sudah bicara dengan Pa Ma'ruf Amin yang menjadi ketua dewan pembina kita. Dan Uu jadi wakilnya nanti," katanya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum akan membuat program satu pesantren satu minimarket atau satu pesantren satu produk. Menurut Uu, program itu merupakan bagian dari janji kampanyenya untuk memberdayakan pesantren di Jabar.
Karena, saat ini, pesantren di Jabar banyak yang belum mandiri dalam urusan finansial. Selama ini, pemasukan bagi pesantren hanya bersumber dari para donatur dengan mengandalkan sosok ketokohan para ulama dan pendiri pesantren.
"Kenapa berpikir ke sana, karena pesantren di Jabar kalau pendirinya meninggal pesantrennya ikut meninggal," ujar Uu.
Uu menjelaskan, pesantren itu sumber pemasukannya dari jariyah, infak, dengan kharisma pendiri dan kyai. Namun, saat pendirinya meninggal dan turunannya belum menjadi tokoh, figurnya pun hilang. Sehingga, tak ada jamaah yang menyumbang.
"Karena tidak ada yang menyumbang akhirnya pesantrennya melempem dan habis," katanya.
Program itu, kata dia, rencananya mulai berjalan pada tahun depan. UU menargetkan, pesantren di Jabar punya kemandirian finansial seperti pesantren di wilayah Jawa Timur. Berbeda dengan pesantren di Jatim, pesantren banyak yang punya minimarket, pabrik, dan rumah makan jadi pesantrennya bisa bertahan.
"Jadi ketergantungannya operasionalnya tidak dari para donatur dan ketokohan," katanya.
Uu pun berharap, program itu dapat dukungan dari pemerintah pusat. Sebab, selama ini perhatian pemerintah terhadap 'kaum sarungan' dirasa masih minim. "Kepada pemerintah pusat tolong dong pesantren ini benar-benar dihargai," katanya.
Menurut Uu, para santri selama ini sudah berjasa terhadap bangsa dan negara. Bahkan, sebelum merdeka para santri berjuang untuk kemerdekaan. Setelah merdeka, para santri berjuang mengisi keimanan, mental, moral dan akhlak dengan lidah para kyai yang awalnya dari santri.
Namun, kata dia hingga saat ini tidak ada bantuan operasional siswa (BOS) untuk pesantren. Sementara, di sekolah umum banyak bantuan. Guru juga dibayar, kapur dibeliin, meja dibeliin, dan semua dibiayai negara.
"Tolong yang dibangun jangan SD saja, yang digaji jangan guru saja, tapi kiai ajengan yang ada di kampung juga," katanya.
Saat ini, kata Uu, ada sekitar 6.000 pondok pesantren yang tercatat di Jawa Barat. Dalam waktu dekat, dia akan merumuskan program tersebut bersama Majelis Ulama Indonesi (MUI) Jabar, Kementrian Agama, dan forum pondok pesantren.