REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh ikut ambil bagian dalam merespon bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Sebanyak lima orang relawan diberangkatkan menuju lokasi bencana.
Lima orang ini adalah Teuku Muhammad Iqbal sebagai tenaga medis, Zulfikar dan Mursalin sebagai tim peninjauan dan distribusi, serta Ibnu khaldun dan Rozi sebagai tim penyelamatan. Mereka berangkat pada Ahad (7/10) sore via Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang untuk selanjutnya transit di Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
Tim relawan baru melanjutkan penerbangan ke Makassar pada Senin (8/10) dan tiba di sana pukul 07.00 Wita.
Husaini Ismail selaku kepala Aksi Cepat Tanggap Aceh mengatakan, pengiriman lima orang relawan ke sana dalam rangka mendampingi korban gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala. Hal ini mengingat masih banyaknya warga terdampak yang membutuhkan bantuan.
Relawan ACT-MRI terus dikirim dari berbagai daerah di Indonesia. Baik itu tim penyelamatan, medis, peninjauan, dan lainnya. Senin (8/10) ACT juga baru saja mengirimkan 1.000 ton bantuan kemanusiaan yang terdiri dari beras, sembako, air mineral, obat-obatan, selimut, tenda dan lainnya melalui Surabaya.
"InsyaAllah kita dari ACT Aceh selalu siap menampung segala bantuan untuk kita salurkan ke Sulawesi Tengah. Semua bergerak, saling bahu membahu meringankan duka saudara-saudara terdampak bencana," ujar Husaini dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Kamis (11/10).
Begitu tiba di Makassar, tim relawan dari Aceh ini langsung bergabung dengan 18 relawan ACT yang sudah tiba terlebih dahulu. Sebanyak 18 relawan yang berada di lokasi ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Begitu tiba di Makassar, kami langsung berkumpul di Lapangan Udara TNI AU, untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan menggunakan Hercules menuju Palu," ujar Zulfikar.
Zulfikar menambahkan sebelum memutuskan untuk berangkat ke Palu sebagai tim relawan dari Aceh, ia sudah mempersiapkan segala hal jauh-jauh hari terutama menyangkut dengan mental. Mental menjadi modal utama untuk turun ke lokasi bencana, karena medan yang dihadapi ini bukanlah situasi normal.
Seluruh relawan kemudian ditugaskan bersama tim masing-masing sesuai kemampuan yang dimiliki. Pengarahan dan lokasi penempatan akan langsung dibagi begitu mereka tiba di posko Induk di Kota Palu.
Saat ini, evakuasi masih menjadi salah satu agenda utama Tim Emergency Response ACT. Apalagi mengingat medan yang hancur terbilang parah, belum lagi ada wilayah-wilayah yang tertutup lumpur sehingga semakin menyulitkan proses evakuasi.
Kondisi jenazah yang dievakuasi pun banyak yang sudah tidak utuh lagi sehingga harus segera dilakukan pemakaman agar menghindari munculnya risiko lain.
Selain itu Dapur Umum juga telah diaktivasi di berbagai titik pengungsian di Palu, Sigi, dan Donggala. Masih banyak kebutuhan di berbagai titik lainnya mengingat jumlah pengungsi mencapai puluhan ribu jiwa.