REPUBLIKA.CO.ID, Baragam cara ditempuh para generasi awal Islam, terutama para sahabat dan generasi awal tabiin, untuk berlomba-lomba mendapatkan barang pribadi Rasulullah SAW dan berharap keberkahan (tabarruk).
Bahkan, tak sedikit yang berupaya mendapatkan secuil potongan dari fisik Rasulullah. Hal ini demi memanifestasikan perasaan cinta mereka dan kesetian kepada pribadi agung tersebut.
Anas RA bercerita bagaimana para sahabat bertabarruk dengan rambut Rasulullah SAW. Menurut Anas, ia melihat tukang cukur sedang mencukur rambut Rasulullah SAW dan para sahabat mengitarinya. Para sahabat tidak menghendaki satu helai pun dari rambut Rasulullah terjatuh kecuali telah berada di tangan seseorang. (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).
Ada juga kisah dari Abdul hamid bin Ja’far yang mengatakan bahwa Khalid bin Walid kehilangan kopiah saat peperangan Yarmuk. Ia meminta untuk mencarikan kopiah tersebut, namun tidak ditemukan. Ia meminta mencarinya lagi, dan ternyata didapati berupa kopiah usang.
Lalu Khalid berkata sewaktu Rasulullah umrah, beliau mencukur rambut kepalanya, maka orang-orang berebut rambut beliau, dan ia bisa mendahului dan mendapat rambut ubun-ubun beliau. Lalu ia meletakkan rambut tersebut di kopyah miliknya. Saat berperang menggunakan kopiah tersebut Khalid pasti menang.
Selain rambut Rasulullah, para sahabat juga bertabarruk dengan sisa air wudu Rasulullah. Aun bin Abi juhaifah menceritakan dari ayahnya saat para sahabat bertabarruk dengan air sisa wudu Rasulullah.
“Aku mendatangi Rasulullah sewaktu beliau ada di Kubah Hamra’ dari Adam, aku juga melihat Bilal membawa air bekas wudu Rasulullah dan orang-orang berebut mendapatkannya. Orang yang mendapatkannya air bekas wudu itu mengusapkannya ke tubuhnya, sedangkan yang tidak mendapatkannya, mengambil dari tangan temannya yang basah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Dalam hadis lain juga dijelaskan para sahabat ber-//tabarruk// dengan keringat Rasulullah SAW. Anas bin Malik menyebutkan Rasulullah masuk rumah Umi Sulaim dan tidur di ranjangnya sewaktu Umi Sulaim tidak ada di rumah. Lalu di hari yang lain Beliau datang lagi.
Umi Sulaim diberi kabar bahwa Rasulullah tidur di rumahnya menggunakan ranjangnya. Maka datanglah Umi Sulaim dan mendapati Nabi berkeringat hingga mengumpul di alas ranjang yang terbuat dari kulit.
Lalu Umi Sulaim membuka kotaknya dan mengelap keringat Nabi lalu memerasnya dan memasukkan keringat beliau ke dalam botol, Nabi pun terbangun dan bertanya apa yang dikerjakan oleh Umi Sulaim. Umi Sulaim menjawab bahwa ia mengharapkan berkahnya untuk anak-anak kami. Rasulullah berkata: “Engkau benar.” (HR Muslim dan Ahmad).
Para sahabat juga bertabarruk dengan barang-barang yang digunakan Rasulullah. Seperti cangkir. Hajjaj ibn Hassan mengatakan, saat itu ia dan gerombolan sedang berada di rumah Anas dan ia membawa cangkir Nabi SAW dari suatu kantong hitam.
Ia (Anas) menyuruh agar cangkir tersebut diisi air dan kami minum air dari situ dan menuangkan sedikit ke atas kepala dan juga ke muka kami dan mengirimkan shalawat kepada Nabi SAW. (HR Ahmad dan Ibn Katsir)
Abu Barda meriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam berkata padanya terkait gelas Nabi. Saat iu, Abdullah bin Salam menawarkan Abu Barda minum dari gelas yang pernah Nabi Muhammad gunakan. Gelas yang sama sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz dan ia tetap menggunakannya.
Para sahabat juga melakukan tabarruk terhadap mimbar Nabi. Ibnu ‘Umar RA sering memegang tempat duduk Nabi SAW di mimbar dan menempelkan wajahnya untuk memperoleh berkah.
Selain itu, para sahabat juga bertabaruk dengan uang yang diberikan Rasulullah. Jabir menjual seekor unta ke Nabi SAW dan beliau SAW memerintahkan Bilal untuk menambahkan seqirat (1/12 dirham) atas harga yang disepakati. Jabir berkata, tambahan yang diberikan Nabi SAW tidak akan pernah meninggalkannya dan dia menyimpannya setelah peristiwa itu. (HR Bukhari)
Ketika ‘Abdullah bin Anis kembali dari suatu peperangan setelah membunuh Khalid ibn Sufyan ibn Nabih, Rasulullah SAW memberi hadiah kepadanya berupa sebuah tongkat dan bersabda kepadanya, “Itu akan menjadi tanda di antara kau dan aku di hari kebangkitan.” Setelah itu, ‘Abdullah ibn Anis tidak pernah berpisah dari tongkat itu dan tongkat itu dikubur dengannya setelah wafatnya. (HR Ahmad dan al-Waqidi)
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahih-nya Bab al-Libaas, Asma’ binti Abu Bakr pernah menunjukkan pada Abdulah (bekas budaknya) jubah Rasulullah yang terbuat dari kain Persia dengan kain leher dari kain brokat, dan lengannya juga dibordir dengan kain brokat.
Ia berkata ini adalah jubah Rasulullah yang disimpan Aisyah hingga wafatnya lalu ia yang menyimpannya. Nabi dulu biasa memakainya, dan kami mencucinya untuk orang yang sakit hingga mereka dapat sembuh karenanya.