REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Salah satu surat dalam Alquran yang pendek namun istimewa adalah Surat Al Ikhlas (QS 112). Artinya, “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1), Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2), Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (3), Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4).”
“Surat Al Ikhlas mempunyai banyak keistimewaan,” kata Habib Abdurrahman Al Habsy Lc, MA saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor pekan lalu.
Ia lalu mengutip sebuah hadts Rasulullah SAW, yang bersumber dari Abu Sa’id (Al Khudri), bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat Al Ikhlas. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Alquran.” (HR Bukhari)
Hadis lain, bersumber dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW mengutus seorang lelaki dalam suatu sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dengan “Qul huwallahu ahad”.
Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, “Tanyakanlah kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?” Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab, “Karena di dalamnya terdapat sifat Ar Rahman, dan aku senang untuk selalu membacanya.” Mendengar itu Rasulullah SAW bersabda, “Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah Ta’ala juga mencintainya.” (HR Bukhari-Muslim)
Keistimewaan lain dari Suart Al Ikhlas adalah orang yang rajin membacanya dengan ikhlas, maka ia akan meraih surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah berjalan bersama dengannya (Abu Hurairah). Di tengah perjalanannya, Rasulullah mendengar seseorang yang tengah membaca surat pendek dari sekian banyak surat yang ada dalam Alquran.
Ketika mendengar ayat-ayat dari surat tersebut, Rasulullah SAW pun berucap “Wajabat (Wajiblah).” Dengan penuh keheranan, Abu Hurairah pun bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, apakah maksudnya wajib atas?” Rasulullah kemudian menjawabnya, “Wajib bagi orang itu untuk masuk ke dalam surga.”
Habib Abdurrahman menyebutkan asbabun nuzul (sebab turunnya) Surat Al Ikhlas. Bahwa suatu ketika kelompok Yahudi datang kepada Nabi SAW, mereka lalu berkata, “Wahai Muhammad, gambarkanlah kepada kami ciri-ciri Tuhan yang mengutus engkau itu?!” Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah. “Dan dikatakan pula bahwa sebelumnya tidak ada surat yang diturunkan dengan kalimat Allah, maka Allah turunkan Surat Al Ikhlas,” tuturnya.
Surat Al Ikhlas turun pada episode ke-19 setelah setelah QS Al Falaq (QS 113). Surat yang terdiri dari empat ayat ini mempunyai banyak nama, antara lain, Al Ikhlas (murni), Al Aaman (Yang memberikan keamanan), dan Qulhuwallah (diambil dari redaksi ayat pertama). Selain itu, An najah (yang memberi keselamatan), Al Jamaal (yang bagus), dan An nisbah (pensifatan),” kata Habib Abdurrahman Al Habsy.