Rabu 10 Oct 2018 16:30 WIB
Pujian Intelektual Barat untuk Shahih Bukhari

Pujian Intelektual Barat untuk Imam Bukhari

Tanggung jawab ilmiah yang diterapkan Bukhari sangat ketat

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Makam Imam Bukhari di Uzbekistan.
Foto: picasaweb.google.com
Makam Imam Bukhari di Uzbekistan.

REPUBLIKA.CO.ID, Kredibilitas Imam al-Bukhari tak lagi diragukan bahkan mendapat pujian dari intelektual dan cendekiawan Barat. Jonathan Brown dalam bukunya, Hadith Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World (2009), memaparkan transmisi hadis dari zaman para sahabat Nabi Muhammad SAW hingga para penulis al-Kutub as-Sittah. Kalangan ahli hadis masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terdiri atas tujuh generasi. Imam Bukhari termasuk generasi keenam, yakni dari abad ke-10 hingga awal abad ke-11 masehi.

Generasi pertama muncul pada abad keenam masehi. Sedikitnya, ada enam kota yang menjadi pusat pengkajian hadis pada waktu itu, yakni Hijaz (Makkah dan Madinah), Basrah, Wasit, Kufah, Suriah, dan Mesir. 

Di Hijaz, Muhammad bin Syihab al-Zuhri (wafat 742 M) dan ‘Amr bin Dinar (wafat 748 M) merupakan pakar hadis paling awal dan terkemuka. Al-Zuhri bahkan menjadi orang pertama yang membukukan hadis. Itu dilakukannya atas perintah Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. 

Adapun di Basrah dan Wasit ada Qatada bin Di’ama dan Yahya bin Abi Kathir. Di Kufah, Abu Ishaq al-Sabi’i dan Sulaiman bin Mihran al-A’mash aktif mengembangkan kritik hadis. Kemudian, di Suriah dan Mesir masing-masing terdapat al-Awzai dan al-Layts bin Sa’ad. 

Generasi tersebut berlanjut ke abad ketujuh Masehi. Para pakar hadis di antaranya adalah, Yahya bin Said al-Qattan dan Yahya bin Abi Za’ida. Memasuki tahun 850, para pakar hadis meneruskan periwayatan hadis-hadis dari generasi sebelumnya. Mereka di antaranya yakni, Ibn Hanbal dan Ibn Abi Shayba (Baghdad). Sejak 870 M, generasi para pengkaji hadis bermunculan. Utamanya adalah Imam Bukhari.

Ia, dan belakangan muridnya sendiri, Imam Muslim, merupakan yang pertama menghadirkan kumpulan hadis sahih. Dengan begitu, Imam Bukhari menyisihkan hadis-hadis yang memiliki isnad tak sejalan dengan kriteria ketat yang ia terapkan. 

Kitab Shahih Bukhari, menurut Brown, bukan sekadar senarai hadis-hadis, melainkan secara implisit memuat visi Imam Bukhari sendiri menganai hukum-hukum Islam. Kitab tersebut mencakup banyak hal, mulai dari persoalan ibadah, kaidah-kaidah hukum, hingga konsep-konsep teknis dalam lingkup ilmu hadis.

Kitab Shahih Bukhari terdiri atas 97 bab. Setiap bab dipilah lagi menjadi bagian-bagian yang membahas persoalan tertentu seputar hukum Islam. Ada pula tanggapan yang ditulis Imam Bukhari sendiri atau catatan kesaksian dari para sahabat Nabi SAW mengenai suatu hadis. 

Menurut Brown, jumlah keseluruhan hadis sahih dalam Shahih Bukhari sebanyak 7.397 hadis. Sementara, sumber lain antara lain Ibnu Shalah menyebut totalnya adalah 7.275 hadis sahih. Perhitungan yang berbeda-beda ini lantaran perbedaan pandangan para pakar ilmu hadis generasi kemudian yang memberikan syarah atas Sahih Bukhari

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement