Rabu 10 Oct 2018 05:00 WIB

Di Balik Larangan Membunuh Semut

Hewan ini mempunyai etos kerja yang tinggi dan sikap kehati-hatian luar biasa.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Semut (Ilustrasi)
Foto: nopests.com
Semut (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah tidak menyukai tindakan merusak sesuatu, termasuk pepohon an dan hewan yang hidup. Manusia diarah kan untuk menjaga berbagai ciptaan yang ada untuk keseimbangan alam.

Setelah mati, manusia akan ditanya tentang burung kecil yang dibunuhnya tanpa alasan yang benar. Siksa akan datang kepadanya akibat kerusakan yang telah diperbuat.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, Seorang nabi singgah di bawah pohon. Dia digigit oleh seekor semut. Dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon itu.

Lalu, dia memerintahkan agar rumah semut itu dibakar. Allah mewahyukan kepadanya, "Mengapa tidak hanya satu ekor semut?"

Mungkin, kedatangan sang nabi dengan temannya mengganggu para semut. Biasanya, semut melawan orang yang mengganggu dan merusak ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.

Meski mendapatkan kekhasan dari Allah, nabi tetaplah manusia. Dia tak lepas dari kekhilafan. Nabi tersebut emosi. Dia melakukan tindakan spontan yang membuatnya menyesal. Sang nabi marah kepada semut beserta teman- temannya.

Muncullah keinginan untuk menghukum seluruh semut. Dia memerintahkan para pengikutnya agar menjauhkan barang dari bawah pohon itu. Kemudian, dia menyulut api untuk membakar sarang semut.

Maka, semut yang sedang berjalan terbakar dan panas api itu sampai kepada semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah. Seharusnya, yang dihukum hanyalah semut yang menggigit rombongan tadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement