REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an mengirim bantuan logistik dari Makassar (Sulawesi Selatan) untuk para korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah khususnya di Petobo. Bantuan dikirim dari Makassar karena kondisi di Palu sendiri belum kondusif.
Dalam siaran pers yang diterima, Kamis (4/10), laporan terkini dari Ketua Komando SIGAB PPPA Daarul Qur’an Ilyas Abdullah bahwa stok logistik di Palu tidak mencukupi. Dampak dari penjarahan mini market menyebabkan tim kesulitan mencari bahan makanan. Begitu pula dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang langka membatasi ruang gerak relawan beroperasi.
”Logistik akan dibawa dari Makassar tentu dengan pengawalan khusus karena jika keamanan tidak kondusif logistik tidak akan sampai di lokasi. BBM, sembako, terpal, tenda, pakaian, susu, biskuit bayi, obat-obatan jadi kebutuhan mendesak,” ujar Ilyas.
Kendati demikian tutur Ilyas, tim akan terus berupaya memberikan bantuan yang dibutuhkan para korban. Saat ini tim SIGAB masih terus membantu proses evakuasi dan penanganan medis darurat. Hal itu lantaran jumlah korban di Petobo masih sangat mungkin terus bertambah, karena salah satu desa di wilayah tersebut tenggelam ditelan bumi.
“Ribuan jiwa masyarakat setempat masih terkubur di dalamnya dan belum mendapat penangan evakuasi. Ini sungguh-sungguh situasi darurat dengan banyak jiwa jadi korban. Mari kita selamatkan korban dan kota,” ucap Ilyas.
Selamatkan Korban Terendam Lumpur
Tim Siaga Bencana PPPA Daarul Qur’an membantu warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah melakukan evakuasi korban gempa yang masih berada di dalam reruntuhan bangunan dan terendam lumpur. Tim berhasil menembus daerah ini sejak Senin (1/10).
SIGAB yang terdiri dari relawan evakuasi dan medis langsung memberikan pertolongan pertama kepada para korban. Aksi medis dilakukan secara bergerilya ke kantong-kantong pengungsi di wilayah Kampung Natabaro dan Desa Kapopo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Ilyas bersyukur timnya bersama warga masih bisa menemukan Rohani (54) dan Ruli (45) yang terendam lumpur bersama rumahnya selama tiga hari tiga malam. “Alhamdulillah, mereka masih bisa diselamatkan,” ujar Ilyas.
Ia menuturkan, kondisi di lapangan masih memprihatinkan dengan keterbatasan air bersih, makanan dan bahan bakar. Selama fase emergency kata Ilyas, tim SIGAB bersama warga terus menyusuri daerah-daerah yang belum mendapatkan bantuan dan pertolongan medis.