Rabu 03 Oct 2018 07:45 WIB

Batik For Charity, dari Yogya untuk Palu-Donggala dan Lombok

Sebanyak 20 persen penjualan batik akan diberikan kepada korban tsunami dan gempa.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Dwi Murdaningsih
Membatik. Ilustrasi
Membatik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL--Bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah menimbulkan keprihatinan yang besar dari berbagai masyarakat. Berbagai bantuan pun datang, termasuk salah satunya Grand Dafam Rohan Jogja Hotel, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan menggelar kegiatan amal bertema Batik for Charity.

Kegiatan ini digelar sejak 2 Oktober hingga 7 Oktober mendatang. Hasil penjualan batik ini, 20 persennya akan diberikan kepada korban tsunami dan gempa di Palu dan Donggala.

Dalam kegiatan ini, hotel syariah bintang empat ini bekerja sama dengan Batik Yunet Haryanto, Batik Sogan, Clambeno Custom dan Batik Wong, serta Aksi Cepat Tanggap (ACT). Bantuan yang disalurkan tidak hanya untuk korban gempa dan tsunami Palu dan Donggala saja, namun juga bagi korban gempa Lombok.

Assistant Public Relations Manager Grand Dafam Rohan Jogja Hotel, Visca Yolanda mengungkapkan, kegiatan amal yang mengangkat batik ini juga dilakukan dalam rangka menyambut hari batik yang jatuh pada 2 Oktober. Desainer yang diajak bergabung, lanjutnya, sangat antusias untuk mengikuti kegiatan ini.

"Kegiatan ini merupakan salah satu CSR (Corporate Social Responsibility) kami, saudara kita juga lagi diberi ujian. Saya ajak teman-teman semua untuk membantu dan mengadakan charity ini," kata Visca saat ditemui di Grand Dafam Rohan Jogja Hotel, Bantul, DIY, Selasa (2/10).

BNPB: Korban Meninggal Pascatsunami Palu 1.374 Jiwa

Dengan digelarnya kegiatan ini, ia berharap dapat memberikan manfaat kepada korban bencana tsunami dan gempa Palu serta Donggala. Pun dengan korban gempa Lombok yang saat ini juga masih membutuhkan bantuan.

"Orang Yogya sudah lebih dari 15 tahun dan itu tahu bagaimana rasanya dan akan merasakan getirnya terkena bencana. Kita minta doanya juga agar semua kalangan masyarakat ikut berpartisipasi," kata dia.

Karman yang merupakan desainer dari Clambeno Custom mengaku, saat pertama kali diajak bergabung dalam kegiatan ini, ia tidak berpikir dua kali untuk bergabung. Menurutnya, kegiatan ini sebagai wujud kepedulian sesama warga Indonesia yang terkena musibah. Terlebih, DIY juga pernah mengalami gempa pada 2006 dan erupsi Merapi pada 2010 lalu.

"Dari gempa dan gunung api kita merasakan. Bagaimana mereka di sana kita juga merasakan. Karena kemudian Indonesia sedang butuh banyak bantuan, kita yang merasa bergerak di dunia batik juga harus bergerak. Mungkin tidak bisa lewat dana, melalui karya kita yang dibeli oleh orang lain juga bisa," kata Karman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement