Ahad 30 Sep 2018 20:34 WIB

Kirab Satu Negeri GP Ansor di Bengkulu

GP Ansor mempersembahkan rekor ini untuk Fatmawati dan korban gempa Sulteng.

Aksi 1.945 perempuan mengibarkan Bendera Merah Putih setelah sebelumnya dijahit sendiri, Minggu (30/9). Aksi dalam rangkaian Kirab Satu Negeri tersebut diganjar rekor MURI.
Foto: GP Ansor
Aksi 1.945 perempuan mengibarkan Bendera Merah Putih setelah sebelumnya dijahit sendiri, Minggu (30/9). Aksi dalam rangkaian Kirab Satu Negeri tersebut diganjar rekor MURI.

REPUBLIKA.CO.ID BENGKULU -- Kirab Satu Negeri yang diinisiasi Gerakan Pemuda Ansor kembali memecahkan rekor MURI untuk kegiatan Menjahit Bendera Merah Putih oleh 1.945 orang di Bengkulu. Rekor MURI sebelumnya diberikan kepada GP Ansor untuk kegiatan Pembentangan Kain Merah Putih Terpanjang di Perbatasan Indonesia dan Papua Nugini pada 17 September lalu.

“Alhamdulillah dalam dua minggu ini Kirab Satu Negeri telah meraih dua rekor MURI. Acara menjahit Bendera Merah Putih oleh 1945 orang pada hari ini kami persembahkan untuk menghormati Ibu Fatmawati atas perjuangan beliau dalam revolusi kemerdekaan Indonesia,” ungkap Abdul Rochman, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat GP Ansor.

Kegiatan yang mengambil lokasi di halaman rumah kediaman Ibu Fatmawati, di Kota Bengkulu, ini dihadiri Sekretaris Daerah Bengkulu Nopian Andusti, Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Coki Manurung, Danrem, Danlanal, Kabinda, Rektor UIB, pejabat di lingkungan Pemprov Bengkulu, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pimpinan OKP. Piagam Rekor MURI kemudian diserahkan perwakilan Museum Rekor Indonesia (MURI) kepada Sekda Bengkulu dan Sekjen PP GP Ansor.

photo
Aksi 1.945 orang, yang semuanya perempuan, menjahit Bendera Merah Putih, Ahad (30/9). Aksi dalam rangkaian Kirab Satu Negeri ini diganjar piagam rekor MURI.

 

“Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu dan istri turut serta menjahit bendera Merah Putih bersama dengan 1945 warga yang berasal dari ibu-ibu Muslimat dan Fatayat, serta masyarakat Bengkulu dan sekitarnya,” jelas Muhammad Soleh, Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Bengkulu.

Menurut Abdul Kharis Ma’mun, Koordinator Zona Sabang Kirab Satu Negeri, peserta kegiatan sengaja didatangkan dari berbagai kabupaten di provinsi Bengkulu agar seluruh masyarakat ikut terlibat dan bangga dengan momen bersejarah ini, sekaligus menumbuhkan rasa nasionalisme pada generasi muda Bengkulu.

Selain kegiatan utama menjahit bendera, acara ini juga dirangkai dengan upacara serah terima panji Merah Putih dari Sekda Bengkulu kepada Ketua PW GP Ansor Bengkulu dan doa bersama untuk korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

“Ada keterkaitan erat antara Bengkulu dengan Sulawesi Tengah. Ibu Fatmawati yang asal Bengkulu adalah penjahit pertama Bendera Merah Putih, sementara Guru Tua yang dimakamkan di Sulawesi Tengah adalah ulama yang membuat syair setiap bangsa memiliki bendera kebanggaan. Dan bendera kebanggaan kami adalah Merah Putih,” tegas Abdul Rochman yang juga Ketua Panitia Nasional Kirab Satu Negeri.

Adung, sapaan akrab Sekjen GP Ansor, pihaknya terus melantunkan doa untuk warga Donggala, Palu, dan Sigi yang mengalami bencana gempa. Bahkan, tim Kirab Satu Negeri dari Sulawesi Tengah di tengah kondisi bencana masih berusaha meneruskan estafet kirab ke Sulawesi Barat. Meski hanya tersisa satu bendera, tim berhasil sampai di perbatasan Donggala dengan Kecamatan Sarjo, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.

"Semoga warga Palu, Donggala, Sigi, selalu diberi ketabahan, kekuatan Allah SWT dan segera dipulihkan segala masalah yang muncul akibat bencana," pungkas Adung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement