Selasa 25 Sep 2018 21:57 WIB

Harmonisasi Rakyat dan Pemimpin

Tujuan-tujuan agama terangkum ke empat kategori nasihat.

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pemimpin
Foto:

Nasihat selanjutnya adalah nasihat bagi Rasul-Nya, yaitu mengikuti dan menerapkan sunah yang pernah dicontohkan olehnya. Terakhir adalah nasiat bagi para pemimpin dan umat Islam secara kesuluruhan.

Dalam konteks nasihat yang terakhir inilah, tercatat, sejumlah karya tentang nasihat kepada pemimpin dan rakyat telah ditulis para ulama. Seperti al-Mawardi yang pernah menulis kitab dengan tajuk Nashihat al-Mulukdan kitab Nashihat al- Ikhwan. Ada juga kitab yang pernah disusun Abu Bakar al-Hanbali dengan judul Tajannub al-Fadlihah fi Taqdim an-Nashihat.

Sementara, kitab An-Nashihat li ar- Ra'i wa ar-Ra'yat yang menjadi bahasan ki ta kali ini merupakan karya Abu al- Khair Badar ad-Din bin Abu al-Ma'mar bin Isma'il at-Tabrizi (636 H). At-Tabrizi adalah satu dari sekian cendekiawan Muslim yang mempunyai kepedulian akan pen tingnya menyusun sebuah karya tulis.Isi buku yang dimaksud secara khusus mengupas tentang pesan-pesan dan wasiat yang pernah disampaikan Rasulullah kepada para sahabat semasa hidupnya.

Menurut analisis at-Tabrizi, di antara ketentuan Allah SWT adalah menetapkan umat manusia, ada yang menjadi rakyat dan pemimpin. Fungsi pemimpin menurut at-Tabrizi adalah mengarahkan dan menjaga mereka agar tetap berada dalam koridor keadilan, keseimbangan, dan kesejahteraan, baik dunia maupun akhirat.

Penting untuk pemimpin menjelaskan perkara haram dan halal yang menyangkut ibadah dan muamalat mereka. Tugas serupa juga diemban oleh Rasulullah dan para khalifah penggantinya. Selain menegakkan syiar agama, para khalifah tersebut berkewajiban berbuat adil kepada seluruh elemen rakyat yang dipimpin.

Ditegaskan at-Tabrizi, dalam mengem ban amanat dan menjalankan pemerintahan, pemimpin yang mendapat kepercayaan rakyat harus mengedepankan prinsip keadilan. Sebab, berbuat adil adalah pang kal segala keutamaan.

Tewujudnya keadilan di sebuah komunitas masyarakat akan menciptakan sta bilitas nasional dan menyejahterakan kehi dupan rakyat. Dengan keadilan pulalah keberlangsungan hidup orang banyak bisa terjaga dengan baik.

Bahkan, keadilan digunakan sebagai barometer untuk menilai sejauh manakah rezim yang berkuasa tersebut bisa memperoleh dukungan dan simpati dari rakyat dan mampu menggapai ridha dari Sang Khalik. Karena itu, secara lugas Allah memerintahkan agar keadilan dijadikan landasan utama menetapkan hukum di antara manusia.

Sebab, di situlah letak keberhasilan seorang pemimpin menyampaikan dan melaksanakan amanat yang diberikan.Tak lain karena adil adalah menempatkan segala sesuatu sesuai porsi dan tempatnya.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di an tara ma nusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An Nisaa [4]: 58)

Jelas, poin inilah yang dijadikan at- Tabrizi sebagai alasan yang melatar belakangi penulisan kitab dengan judul An- Nashihat li ar-Ra'i wa ar-Ra'yat. Sebuah kitab yang berisikan petuah baginda Rasul bagi para pemimpin dan rakyat. Berbagai hadis yang berkenaan dengan pola dan etika interaksi antara pemerintah dan masyarakat diuraikan berikut sanad hadis masing-masing.

Sejumlah hadis pun disertai dengan penilaian sederhana tentang hukum dan derajat hadis. Kalaupun kitab nasihat ini tidak memuat penjelasan dan syarah maka tentunya hal tersebut bisa dimaklumi.

Sebab, dari awal dan latar belakang penulisan, at-Tabrizi hanya menginventaris hadis-hadis yang berisi petuah bagi pemimpin danm masyarakat. Secara singkat aku kumpulkan hadis-hadis yang pernah aku dengar dan riwayatkan, mudah- mudahan bermanfaat, tulis at-Tabrizi berharap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement