Ahad 23 Sep 2018 18:54 WIB

MUI: Kedamaian Tahun Politik Tergantung Pendakwah dan Ulama

Para dai tidak seharusnya menyampaikan ujaran kebencian dalam ceramahnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah Depok sekaligus Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis saat sambutan dalam acara Halaqah dan Sarasehan Ulama dan Dai se-Jabodetabek di Aula Masjid Pondok Pesantren Cendikia Amanah, Jalan Kalimulya Cilodong, Depok, Ahad (23/9).
Foto: Muhyiddin/Republika
Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah Depok sekaligus Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis saat sambutan dalam acara Halaqah dan Sarasehan Ulama dan Dai se-Jabodetabek di Aula Masjid Pondok Pesantren Cendikia Amanah, Jalan Kalimulya Cilodong, Depok, Ahad (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, konstelasi politik semakin meningkat, sehingga sangat rawan terjadi konflik di kalangan masyarakat. Karena itu, Komisi Pemiluhan Umum (KPU) pun menggelar deklarasi kampanye damai di Monas, Jakarta, Ahad (23/9).

Acara itu digelar sebagai komitmen bersama antar pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk berkampanye secara damai selama proses Pilpres. Namun, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil mengatakan, bahwa kedamaian masyarakat di tahun politik ini tergantung pada isi ceramah para pendakwah dan ulama.

"Saya pikir semua itu (kedamaian tahun politik) tergantung pada pendakwah dan ulama kita. Kalau dia bisa memenej dakwahnya yang damai dan akur dan menyampaikan Islam yang membangun terhadap peradaban akan berjalan menjadi kondusif dan damai," ujar KH Cholil saat ditemui dalam Halaqah dan Sarasehan di Pondok Pesantren Cendikia Amanah, Depok, Ahad (23/9).

Karena itu, dia mengimbau, kepada para dai di Indonesia untuk menyampaikan ceramah-ceramah yang menyejukkan selama proses Pilpres 2019. Menurut dia, para dai tidak seharusnya menyampaikan ujaran kebencian dalam ceramahnya. 

"Tapi ketika ujaran-ujarannya lupa dari dakwahnya, seperti ujaran kebencian dan sebagainya, maka khawatir ini menjadi potensi konflik," ucapnya.

Dia menambahkan, konflik yang dikhawatirkan itu biasanya muncul karena adanya sentimen agama. Karena itu, dia juga meminta kepada para pelaku politik agar tidak memainkan isu SARA untuk memenangkan pasangan Capres-Cawapres yang didukungnya. 

"Yang paling mudah itu dengan sentimen agama. Jadi ketika orang agamanya terancam atau didiskriminasi, orang berani mati-matian," kata Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement