REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Zahrotul Oktaviani
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat menyayangkan adanya oknum yang melakukan propaganda agama di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). MUI berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi.
"Kami sudah menerima laporan adanya tindakan tersebut. Kita minta semua pihak untuk jangan ada yang melakukan propaganda agama," ujar Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi kepada Republika, Selasa (18/9).
Ia pun mengimbau organisasi atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berniat melakukan misi kemanusiaan di lokasi bencana di Lombok untuk tidak menjalankan misi agama secara terselubung. Apalagi, dengan tujuan memengaruhi masyarakat untuk pindah agama. Ia menilai, tindakan tidak bertanggung jawab itu akan merusak harmonisasi, kerukunan, dan hubungan antarumat beragama.
Zainut berharap tiap organisasi kemanusiaan fokus pada tujuan utamanya. Jangan sampai menjadikan bencana untuk tujuan-tujuan yang dapat mengoyak persaudaraan antarumat beragama.
"Misi kemanusiaan harus betul-betul tulus dan ikhlas untuk membantu saudara kita yang sedang mengalami musibah dan kesusahan, jangan menambah penderitaan mereka dengan iming-iming pindah agama," ujar dia.
Kepada tokoh masyarakat, adat, dan agama di Lombok, ia meminta untuk dapat menjaga hubungan yang harmonis. Harus saling mengingatkan, terutama jika terlihat ada indikasi kelompok relawan yang melakukan aktivitas bermuatan keagamaan.
Kepada pihak berwenang, MUI meminta kasus ini dapat segera diselesaikan. "Kepada kepolisian hendaknya segera melarang dan menindak tegas bila menemukan kelompok masyarakat yang melakukan propaganda agama atau Kristenisasi," ujarnya.
Isu mengenai propaganda agama di Lombok menyeruak menyusul beredarnya sebuah video di media sosial tentang relawan kemanusiaan di Lombok yang diduga melakukan kegiatan pembaptisan.
Menanggapi isu ini, MUI pun segera menurunkan tim pencari fakta untuk menguji kebenarannya. Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengungkapkan, dari hasil pencarian fakta dan bukti di lapangan, tim MUI menemukan bahwa kejadian yang tergambar di dalam video memang benar terjadi. Ada sejumlah oknum yang berniat menyebarkan agamanya selain memberikan bantuan.
"Kejadiannya, ya sejak bencana gempa Lombok terjadi. Mereka datang membawa bantuan, tetapi selain membantu mereka juga menyebarkan ajaran agamanya," ujar Anwar kepada Republika, Selasa (18/9).
Pencarian fakta tersebut dilakukan tim MUI dengan bertemu langsung dan berbincang bersama masyarakat Lombok. Hasilnya, banyak bukti dan data yang mereka dapatkan.
Anwar menjelaskan, propaganda agama ini berlangsung di beberapa titik. Berdasarkan penuturan masyarakat, kegiatan propaganda agama itu antara lain dilakukan dengan membagikan sejumlah buku yang di dalamnya terdapat ajaran atau simbol agama Kristen.
"Namun kini buku-buku tersebut sudah diamankan oleh pihak kepolisian," katanya.