REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ali bin Husain dikenal karena kebijakan, kedermawanan, sifat sabar dan kelapangan dadanya. Di antara contohnya adalah riwayat dari Hasan bin Hasan bin Ali.
Dia menceritakan bahwa pernah terjadi perselisihan antara Hasan dan putra pamannya yaitu, Zainul Abidin. Hasan mengakui bahwa dia telah memaki Zainul Abdin habis-habisan, tapi dia hanya diam membisu sampai Hasan pulang.
Begini kira ceritanya, ketika itu matahari belum terlalu panas memancarkan cahanya. Sehingga banyak aktivitas yang dilakukan pada saat itu. Pedagang sibuk dengan dagangannya, petani sibuk dengan lahan garapannya dan ibu dan anak sibuk mengurusi keluarganya.
Namun, di kawasan itu ada sebagian orang yang sedang berdiskusi ringan di salah satu tempat yang sering digunakan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Di antara sekelompok orang tadi, terdapat Ali bin Husain.
Namun, entah apa masalahanya, Zainul Abidin mendapatkan perkataan yang tidak mengenakan dari saudara dekatnya sendiri. Selama perkataan kasar itu tertuju kepadanya, tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut Zainul Abidin, hanya membela atau meminta kesempatan untuk menjelaskanya.
Sampai selesainya perkataan yang memaki Zainul Abidin, bantahan tetap tidak keluar. Bahkan, Zainul Abidin itu malah lebih memilih meninggalkan saudaranya yang sedang memarahinya.
Ketika Hasan sedang berada di rumah sendiri setelah memaki saudaranya dia mendapati ada orang yang mengetuk pintu. Dan, Hasan buru-buru membuka pintu. Ternyata, tamu yang berada di balik pintu tersebut adalah Zainul Abidin.
"Aku membukanya untuk melihat siapa gerangan yang datang," kata Hasan.
Hasan mengira bahwa Zainul Abidin pasti akan membalas perlakuannya tadi. Namun, ternyata dia hanya berkata demikian, "Wahai saudaraku, bila apa yang engkau katakan tadi benar, semoga Allah mengampuniku. Dan, jika yang engkau katakan tidak benar, semoga Allah mengampunimu."
Hasan mengisahkan, setelah Zainul Abidin mengutarakan kalimatnya tadi, dia bergegas mengucapkan salam lantas berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Merasa bersalah, akhirnya Hasan segera mengejarnya Zainul Abidin dan memegang tangannya kemudian berujar, "Sungguh, aku tak akan mengulangi kata-kata yang tidak Anda sukai."
"Lupakan! Saya telah memaafkan Anda," kata Zainul Abidin sambil memeluknya penuh kasih sayang.
Itulah sekelumit dari kisah tentang Ali bin Husain yang mudah-mudah menjadi penyemangat kita untuk terus memperbaiki kualitas ibadah, terutama shalat lima waktu. Karena amalan yang paling pertama mendapatkan hisab adalah shalat.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW riwayat Abu Hurairah RA, "Sesungguhnya, amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Bila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Jika shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah SWT mengatakan, "Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunah? Maka shalat sunah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya, seperti itu. Bila shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya dan jika shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya." (HR ath-Thabarani).