Selasa 04 Sep 2018 15:35 WIB

MUI Beri Beasiswa 100 Pelajar Afghanistan

Selama empat bulan pelajar ini akan diberikan pembekalan tentang Indonesia.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Gedung MUI
Foto: ROL/Abdul Kodir
Gedung MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat memberikan beasiswa bagi 100 pelajar asal Afghanistan. Selama empat bulan pelajar ini akan diberikan pembekalan tentang Indonesia, baik ideologi maupun budayanya.

"Delapan puluh orang sudah datang akhir Agustus kemarin. Sisanya akan menyusul. Sampai Desember, mereka akan belajar bukan yang reguler, tapi intens pembelajaran tentang Indonesia, baik aneka ragam budaya dan etnis," ujar Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Muhyiddin Junaidi kepada Republika.co.id, Selasa (4/9).

100 pelajar ini akan dibagi pembelajarannya di dua tempat, Pesantren Tazakka dan Daarul Ulum. Sebanyak 56 pelajar akan dibina di Daarul Ulum dan sisanya di Tazakka, Batang, Jawa Tengah.

Yang menjadi pengajar pun berasal dari berbagai latar belakang. Sebagian dari MUI, pengajar di UIN Jakarta, serta pengajar di berbagai macam perguruan tinggi dan pesantren.

Tujuan pembelajaran ini untuk memberikan pemahaman kepada mereka tentang ideologi, budaya, dan agama. Mereka dibekali dengan pelajaran sejarah Indonesia, di antaranya alasan pemilihan ideologi Bhinneka Tunggal Ika dan mengapa Indonesia tidak memilih menjadi negara Islam.

"Itu semua kita sampaikan. Tentang konstitusi negara dan hubungan antara ormas Islam dengan pemerintah dan peran masing-masing. Perbedaan yang ada tidak membuat Indonesia terbelah, justru memperkuat dan memperkokoh," ujarnya.

Pengenalan dan pendalaman tentang Islam wasathiyah atau middle path pun tidak luput dari materi pembelajaran nanti. Di mana Islam dan Indonesia tidak memihak kepada yang ekstrem, radikal, maupun liberal. Ciri-ciri Islam wasathiyah menjadi topik yang perlu ditekankan dalam pembelajaran.

Beasiswa ini terlaksana akibat permintaan dari Pemerintah Afghanistan kepada Indonesia. Mereka meminta Indonesia membantu dalam menciptakan perdamaian di negara tersebut. MUI pun diminta sebagai mitra dan pelaksana kegiatan ini.

Mengenai pemilihan pelajar, seleksi telah dilakukan sebelumnya di Kedutaan Besar Indonesia di Kabul. Ada beberapa kriteria yang menjadi syarat pemilihan, di antaranya usia 17 hingga 35 tahun, memiliki pemahaman tentang Islam, memiliki semangat belajar, dan tidak terlibat dalam kelompok-kelompok yang dilarang pemerintah.

Bagi para pelajar ini, kesempatan belajar di Indonesia pun tidak berhenti pada program ini saja. Beberapa universitas, seperti Muhammadiyah, kemungkinan bisa memberikan penawaran untuk kuliah lanjutan di universitas mereka.

"Ketika mereka kembali ke negaranya, diharapkan mereka punya pola pikir dan pandangan yang lebih luas sama seperti kita. Pemikiran yang toleran terhadap perbedaan pendapat serta menghargai perbedaan," ucap Muhyiddin.

Untuk tahun depan, ia tidak menutup kemungkinan akan diadakan kembali program pertukaran pelajar dengan siswa dari Afghanistan ini. Mereka bisa memilih belajar di perguruan tinggi ataupun pesantren.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement