Senin 03 Sep 2018 14:16 WIB

PKPU HI Serahkan 115 Rumah Senyum untuk Korban Gempa

Para pengungsi telah menempati hunian sejak pembangunan selesai pekan lalu.

Rumah Senyum untuk para korban gempa Lombok.
Foto: PKPU Human Initiative
Rumah Senyum untuk para korban gempa Lombok.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- PKPU Human Initiative (HI) menyerahkan 115 Rumah Senyum sebagai bagian hunian sementara dari 500 unit yang rencananya akan dibangun, di kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Nantinya, Rumah Senyum itu tersebar di empat desa.

Keempat desa meliputi Desa Sembalun Timba Gading, Desa Sembalun, Desa Sembalun Lawang, serta Desa Sembalun Bumbung, sebagai tahap awal dari beberapa desa di Kecamatan Sembalun. Sementara Desa Sajang dan desa lainnya masih dalam proses pembangunan akan menyusul melengkapi rumah tahap pertama.

Demikian disampaikan Presiden Direktur PKPU HI Agung Notowiguno saat penyerahan Rumah Senyum kepada pengungsi terdampak gempa di Sembalun, Lombok Timur,  Ahad (2/9). Agung menambahkan, walaupun serah terima baru dilaksanakan Ahad, namun para pengungsi telah menempati hunian sejak pembangunan selesai pekan lalu.

"Penyerahan ini dilakukan hanya untuk memastikan kepemilikan dan penggunaan secara penuh oleh para pengungsi," ujarnya seperti dalam siaran pers, Senin (3/9).

photo
PKPU Human Initiative menyerahkan Rumah Senyum untuk pengungsi korban gempa Lombok.

Apalagi, ketika musim hujan datang, keberadaan Rumah Senyum sangat memberi manfaat perlindungan bagi pengungsi. Selain di Kecamatan Sembalun shelter ini Rumah Senyum juga dibangun di Kecamatan Tanjung sebanyak 22 unit, yang tersebar di Desa Sigar Penjalin dan Karang Nangka dari 500 unit yang direncanakan.

Proses pembangunan masih terus berjalan ditargetkan awal Oktober sebanyak 1.000 unit sudah dapat dihuni oleh para pengungsi. Seperti diketahui dampak gempa bumi 7 Skala Richter (SR) yang terjadi berulang-ulang sejak akhir Juli lalu, mengakibatkan lebih dari 70 ribu rumah rusak, yang membuat 350 ribu jiwa terdampak dan sebagian besar  mengungsi.

Kebutuhan perlindungan sangat mendesak, karena tidak adanya shelter dan hunian sementara. Akibatnya, pengungsi sangat rentan dan beresiko tinggi terhadap kesehatan fisik dan trauma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement