REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) berpandangan bencana gempa bumi di Pulau Lombok adalah musibah besar. Kalau ada yang mengatakan gempa bumi di Pulau Lombok adalah bencana lokal, hal tersebut salah.
Presiden ACT, Ahyudin mengatakan, gempa bumi di Pulau Lombok tidak cukup dikatakan sebagai bencana nasional tetapi bencana dunia. Hampir semua negara di dunia memberikan simpati kepada Indonesia atas bencana yang menimpa Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Jadi dilihat dari skala kerusakan yang besar ini, mustahil kemampuan lokal bisa menyelesaikan, bisa mengatasi semua fase, termasuk fase yang paling genting yaitu fase emergency (tanggap darurat) ini," kata Ahyudin kepada Republika.co.id di Kantor ACT Kota Mataram, Jumat (10/8).
Ia menegaskan, tidak tepat kalau ada yang mengatakan fase tanggap darurat tiga hari, itu tidak masuk akal. Menurut perhitungan ACT dengan segala kekurangan dan pengalaman, masa tanggap darurat mesti berlangsung minimal enam bulan.
ACT akan Potong 1.000 Ekor Sapi untuk Korban Gempa
Ia menerangkan, ratusan ribu orang di fase tanggap darurat mengungsi, kondisi seperti ini sangat bergantung terhadap bantuan dari luar. Di fase tanggap darurat upaya menyelamatkan masyarakat harus dioptimalkan. Kehadiran logistik seperti makanan dan kebutuhan medis sangat penting bagi masyarakat korban bencana di fase tanggap darurat.
"Oleh karena itu kami ACT bertekad di fase emergency ini akan terus berjibaku menyalurkan logistik terutama makanan pokok, target kami tidak akan kurang dari 10.000 ton (logistik) akan kita gelontorkan dalam waktu enam bulan ini, itu biasa kita lakukan," ujarnya.
Dikatakan Ahyudin, gempa bumi di Pulau Lombok adalah bencana yang sangat besar. Jadi harus ada kemauan, gebrakan dan bantuan besar untuk membantu korban bencana di Pulau Lombok. Ini momentum bagi Bangsa Indonesia untuk bergotong royong.
Wajah bangsa ini ditentukan oleh cara bangsa ini menangani bencana gempa bumi di Pulau Lombok. Kalau hanya membantu korban ala kadarnya dan lalai, maka bangsa ini akan tercoreng. Oleh karena itu semuanya harus serius menangani bencana gempa bumi di Lombok.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai Jumat (10/8), tercatat 321 orang meninggal dunia. Ada laporan-laporan tambahan jumlah korban meninggal dunia, tapi masih dilakukan verifikasi. Artinya jumlah korban meninggal dunia lebih dari 321 orang. Jumlah pengungsi sebanyak 270.168 jiwa dan data sementara kerusakan rumah mencapai 67.875 unit rumah.