Jumat 10 Aug 2018 22:35 WIB

Dompet Dhuafa Respons Kondisi Psikologis Korban Gempa Lombok

Kegiatannya menyasar semua korban, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Maman Sudiaman
Tim psikolog yang dikirim Dompet Dhuafa tengah melakukan pemulihan psikologis anak-anak untuk mengurangi trauma di Dusun Lebak Dayah, Lombok Timur, NTB.
Foto: Dok Dompet Dhuafa
Tim psikolog yang dikirim Dompet Dhuafa tengah melakukan pemulihan psikologis anak-anak untuk mengurangi trauma di Dusun Lebak Dayah, Lombok Timur, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat perlu bantuan dan dukungan psikologis pascagempa 7.0 SR pada Ahad lalu. Kondisi shock dan stres mereka perlu mendapatkan pertolongan pertama agar tidak menjadi trauma atau berdampak pada gangguan psikologis lain.

Lembaga filantropi Dompet Dhuafa meluncur ke lokasi guna merespons kebutuhan bantuan tersebut. DD mengirimkan tim psikolog berjumlah lima orang untuk menerapkan metode Pshycological First Aid (PFA) pada korban gempa.

Psikolog Koordinator Respons dukungan psikologis untuk bencana Lombok dan aktivis kemanusiaan DD, Maya Sitta mengatakan saat ini tim sudah berada di Lombok Utara selama empat hari. PFA yang dilakukan tim bertujuan memberi dukungan agar stres tidak menjadi trauma.

Program tersebut menyasar semua kategori korban, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Tujuan penerapannya sama, yakni membuat mereka semakin cepat stabil dan sembuh dari efek tekanan akibat bencana sehingga dapat melakukan rutinitas sehari-hari dengan normal

Maya menyampaikan kegiatan PFA berbeda-beda tergantung peserta atau kategorinya. Secara umum tim melakukan penilaian terhadap kondisi psikologis korban terlebih dahulu baru menentukan bentuk terapinya. "Kita biasanya penilaian dulu, kira-kira bagaimana kondisi stres atau traumanya. Karena korban tidak langsung trauma, trauma itu adalah stres yang berkepanjangan, setiap bencana pasti stres, tapi tidak semua jadi trauma, tergantung daya tahan mereka," kata Maya pada Republika, Jumat (10/8).

Ia mengatakan penyembuhan stres dan trauma tergantung pada sejumlah faktor. Termasuk di antaranya kondisi lingkungan yang mendukung. Seperti anak-anak korban gempa akan lebih cepat pulih jika didukung orang tua yang juga cepat stabil. Karenanya, orang tua pun dilibatkan dalam program PFA. Selain untuk memulihkan kondisi psikologisnya sendiri, juga menguatkan anak-anak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement