Jumat 10 Aug 2018 19:00 WIB

Hijrah Maksimal

Meraih surga Allah tidak cukup dengan hijrah semata.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Hijrah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hijrah menjadi ngetren bagi masyarakat Islam Indonesia, khususnya pemuda perkotaan. Mereka berbondong-bondong memutuskan hijrah dengan mengubah tampilan mulai berpakaian hingga cara meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

Ustaz Abu Fida dalam Majelis Ilmu Dialog Lepas Isya' (D'Lisya) bertema "Hijrah Tudemax!" di Masjid Agung al-Azhar, Kebayor an Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini, mengatakan, sebelum hijrah harus memahami alasan mereka berhijrah. Jika tidak demikian ma ka hijrah mereka akan berujung tak sesuai harapan.

Akibatnya, mereka berhijrah hanya karena ingin ikut seperti orang lain, bukan atas kesadaran diri sendiri. Menurut Ustaz Fida, seseorang yang hijrah harus mengerti apa yang akan dilakukan, tingkatan yang wajib dikerjakan agar mencapai kesempurnaan. "(Jika tidak dilakukan) itu malah ujung-ujungnya bisa berbeda, dari apa yang kita inginkan bisa jauh dari harapan," ujar Ustaz Fida.

Sejauh ini, banyak dari mereka yang berhijrah bukan atas keingian diri sendiri. Hadir ke sebuah kajian hanya sebagai lifestyle. Padahal, menurut Ustaz Fida, hadir ke kajian seharunya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Akibatnya, ketika pulang dari sebuah kajian mereka tetap berbuat kemaksiatan, seperti membuat permusuhan dengan orang lain.

Ustaz Abu Fida mengungkapkan, Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat permusuhan. "Jangan-jangan hijrahnya salah, akhirnya keliru menerapkannya," kata Ustaz Fida.

Ia mengatakan, meraih surga Allah tidak cukup dengan hijrah semata. Namun, apakah dalam proses hijrah mereka mengikuti atau tidak aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah. Menurut dia, masuk ke surga bukan se suatu yang gampang.

Ustaz Fida merujuk kepada surah al-Baqarah ayat 214 yaitu: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan ke sengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam coba an), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya perto longan Allah?" ingatlah, sesungguh nya pertolongan Allah itu amat dekat."

Penjelasan ayat Alquran ter sebut dapat dimaknai bahwa uji an akan selalu menyertai bagi me reka yang berhijrah. Ujian datang dari yang rendah hingga tinggi. Ustaz Fida meminta meniru cara hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat yaitu tahan terhadap segala ujian yang menimpanya.

"Yang namanya hijrah pasti diuji. Kalau tampa ujian jangan-jangan salah jalan hijrahnya. Karena Allah berfirman satu yang na manya kalau mau masuk surga itu pasti ditimpakan ujian-ujian dulu," ujar dia.

Ustaz Fida menuturkan, ter kadang mereka yang hijrah tidak menyadari bahwa sesuatu yang di lakukan bukan suatu ujian. Us taz Fida juga mengingatkan agar menjaga makanan yang mengandung subhat atau haram. Hal ter sebut dapat mengurangi ghirah hijrah seseorang.

Kemudian, Ustaz Fida mengingatkan agar menjaga kesabaran ketika berhijrah dari ujian yang mendatanginya. Ia mencontohkan kesabaran Rasulullah dan saha bat. Mereka tidak melakukan perlawanan meskipun mendapatkan ancaman secara fisik.

Mereka yang berhijrah juga harus bersabar dalam menghadapi ujian-ujian berat. Contoh nya, ancaman cerai dari istri ke pada suaminya karena memutus kan hijrah. Menurut Ustaz Fida, uji an berat ini harus mampu dihadapinya.

Situasi seperti itu, kata Ustaz Fida, kerap ditemui pada pelaku hijrah. Keputusan ini dapat berdampak kepada keretakan keluarga bukan sesuatu yang langka. Kasus-kasus tersebut menanda kan bahwa berhijrah dan mencapai surga Allah bukan sesuatu yang mudah.

Ia menjelaskan, apabila ingin mencapai hijrah yang maksimal maka perlu mempelajari tentang tauhid. Namun, cara mempelajari tauhid juga perlu ditekankan. Mereka harus mampu mempetakan pelajaran seperti apa yang harus dijalaninya.

Setelah tauhid, kata dia, mereka dianjurkan untuk mempelajari tentang fikih kemudian dilanjut kan dengan perbandingan maz hab. Setelah itu, belajar tentang hik mah juga tahapan terakhir yang perlu dipelajari. "Ini yang terakhir jarang kita pelajari ujung-ujungnya ibadah kita ha nya ritual saja. Shalat kita gak mencegah ke per buatan mungkar. Shalat kita tanp a makna," ujar nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement